Ahzaa.Net: Materi SMA
Memahami Semua tentang Himpunan: Pengertian, Syarat dan Sifat Keanggotaan, Cara Menuliskan dan Macam- Macamnya

Memahami Semua tentang Himpunan: Pengertian, Syarat dan Sifat Keanggotaan, Cara Menuliskan dan Macam- Macamnya

Materi himpunan merupakan topik bahasan di mapel Matematika yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar hingga ke jenjang tingkat tinggi. Melalui himpunan, kita akan dimudahkan dalam pengelompokan suatu objek sesuai dengan karakteristik yang sama. 

Diagram Venn


Teman- teman, pada kesempatan ini, kita akan belajar tentang himpunan, baik pengertian, syarat dan sifat keanggotaan, cara menuliskan dan macam- macam dari himpunan itu sendiri. 

Baik, langsung saja yaa... Berikut pembahasan tentang himpunan. 

Selamat Belajar...

Himpunan
1. Himpunan merupakan suatu kumpulan objek yang memiliki syarat keanggotaan tertentu dengan definisi secara jelas.

2. Contoh Himpunan 
a. Himpunan hewan berkaki dua : ayam, itik, bebek, pinguin, burung, dan sebagainya
b. Himpunan Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia : UNNES, UNDIP, UGM, ITB, UI, UB, UNPAD, dan sebagainya.
c. Himpunan ibukota provinsi di Indonesia : Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, dan sebagainya.
d. Himpunan buah- buahan : durian, pisang, jeruk, apel, nanas, melon, semangka, buah naga, dan sebagainya

3. Benda yang termasuk ke dalam himpunan, seperti  Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, UNNES, UNDIP, UGM, ITB, UI, UB, UNPAD disebut sebagai anggota, elemen atau unsur himpunan.

4. Himpunan dari semua elemen yang sedang dibicarakan disebut himpunan semesta
a. Contoh himpunan semesta : ketika membahas tentang UNNES, UNDIP, UGM, ITB, maka perguruan tinggi dapat dianggap sebagai himpunan semesta. 
b. Himpunan semesta dilambangkan dengan huruf besar seperti huruf S atau U. 

5. Notasi himpunan : Suatu himpunan dilambangkan dengan huruf besar, misalnya himpunan A, Himpunan B dan sebagainya dan anggota atau elemen dari suatu himpunan dilambangkan dengan huruf kecil, misalnya a, b, c d, dan sebagainya. 

6. Syarat dan sifat keanggotaan himpunan 
a. Himpunan dapat dibedakan antara benda yang satu dengan yang lain di dalam himpunan tersebut.
b. Himpunan harus dapat dibedakan antara benda yang menjadi anggota himpunan tersebut dengan benda yang bukan anggota himpunan tersebut.
c. terdapat hubungan yang nyata antara sesama anggota himpunan tersebut. 

Notasi :
a ∈ A, dibaca "a anggota A"
a ∉ A dibaca "a bukan anggota himpunan A" 

7. Cara Menuliskan Himpunan 
a. Penulisan Himpunan dengan Cara Pendaftaran
(1) Cara penulisan himpunan dengan pendaftaran disebut juga tabulasi atau roster 
(2) Cara menyatakan himpunan dengan pendaftaran adalah menuliskan dan meletakkan semua anggota himpunan diantara dua kurung kurawal 
(3) Contoh : A = { ... }

b. Penulisan Himpunan dengan Cara Pencirian 
(1) Cara pencirian disebut sebagai rula atau syarat keanggotaan 
(2) Cara penulisannya dengan menuliskan salah satu huruf kecil diantara dua kurawal dan diikuti oleh suatu garis tegak atau titik dua, kemudian dituliskan sifat yang menyangkut huruf kecil tersebut. 
(3) Contoh : {x | ... } atau A = {x : ...}

8. Himpunan Bagian 
a. Suatu himpunan dapat dikatakan sebagai bagian dari himpunan lainnya apabila himpunan yang satu merupakan elemen dari himpunan lainnya tersebut, misalnya, himpunan A merupakan bagian dari himpunan B, jika elemen himpunan A merupakan elemen himpunan B. 

b. Notasi himpunan bagian
(1) A ⊂ B, dibaca "A himpunan bagian dari B'
(2) B ⊃ A dibaca " B memuat A" atau "A termasuk di dalam B"
(3) A ⊄ B, dibaca "A bukan himpunan bagian dari himpunan B"

c. Contoh 
A = {2, 4, 6, 8} ; B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}, maka  ....   
Jawab : A ⊂ B

d. Menghitung banyak himpunan bagian (Power Set) = P
(1) Banyak himpunan bagian dari himpunan A, dapat dihitung dengan rumus A = 2^n, dimana n adalah banyaknya jumlah anggota dari himpunan A.
(2) Himpunan bagian terdiri atas himpunan bagian sejati dan himpunan bagian tak sejati 
(3) Contoh :
Jika A = {a, b, c}, maka banyaknya himpunan bagian adalah ....
Jawab :
A = 2^n = 2^3 = 8 

9. Himpunan Komplemen 
a. Apabila A adalah suatu himpunan dan S adalah semestanya, maka himpunan komplemen A adalah himpunan elemen- elemen yang menjadi anggota S namun bukan termasuk dalam anggota A. 
b. Notasi : A^c atau A', dibaca "komplemen dari himpunan A". Komplemen dari himpunan A secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut : A^c = {x | x ⊄ A dan x ∈ S }
c. Contoh : 
Jika S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = { 2, 5, 6, 8, 9}
A'= ....

10. Himpunan Kosong 
a. Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota
b. Lambang himpunan kosong adalah ∅
c. Contoh himpunan kosong : A = {x | x^2 + 1 = 0 }
A = ∅

11. Irisan Dua Buah Bilangan 
a. Irisan atau interseksi dua himpunan A dan B adalah himpunan elemen- elemen yang menjadi anggota A dan menjadi anggota B. 
b. Notasi : A ∩ B, dibaca " A irisan B" atau " A interseksi B" sementara itu, secara matematik, irisan antara A dan B dapat ditulis sebagai A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B }
c. Contoh 
Jika A = {a, b, c, d}
B = {a, c, e, g}
Maka A ∩ B = {a, c}

12. Gabungan Dua Himpunan 
a. Gabungan (union) dua himpunan A dan B adalah himpunan elemen- elemen yang menjadi anggota A saja, atau anggota B saja, sekaligus menjadi anggota A dan B. 
b. Notasi : A ∪ B dibaca "A gabungan B" atau "A union B". Secara matematik, gabungan antara himpunan A dengan himpunan B dapat ditulis : A ∪ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B }
c. Contoh :
Jika A = {a, b, c}
B = {p, q, r} 
Maka A ∪ B = {a,b,c,p,q,r}

12. Selisih Dua Himpunan
a. Selisih dua himpunan A dan B adalah himpunan yang elemen- elemennya menjadi anggota himpunan A dan bukan himpunan B. 
b. Notasi A - B, dibaca " himpunan A kurang dari himpunan B". Secara matematik, selisih himpunan A dan himpunan B dapat ditulis sebagai A - B = {x | x ∈ A dan x ∈ B } A- B = A ∩ B'

13. Himpunan yang Sama 
a. Himpunan A dan B dapat dikatakan sama jika setiap elemen himpunan B memiliki banyak elemen (anggota) yang sama dengan elemen himpunan A, dan sebaliknya.
b. Jika himpunan A sama dengan himpunan B, maka banyaknya elemen (anggota) dari himpunan A selalu sama dengan banyaknya elemen (anggota) himpunan B 
c. Contoh :
Jika A = {a, b, c, d} dan B = {b, c, d, a}, maka A = B 

14. Himpunan Ekuivalen 
a. Dua himpunan A dan B dikatakan ekivalen atau sederajat apabila banyaknya elemen (anggota) himpunan A sama dengan banyaknya anggota (elemen) himpunan B. 
b. Notasi : A ~ B, dibaca "himpunan A ekivalen himpunan B".
c. Banyak elemen (anggota) himpunan A dilambangkan dengan notasi n(A) 
d. Banyaknya anggota suatu himpunan disebut bilangan kardinal
e. Contoh :
A = {a, b, c} --> n(A) = 3
B = {1, 2, 3} --> n(B) = 3

n(A) =n(B), maka A ~ B

15. Himpunan Lepas
a. Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas, apabila irisan himpunan A dan himpunan B merupakan himpunan kosong. 
b. Secara matematik, himpunan lepas dapat ditulis :
(1) A dan B lepas jika A ∩ B = ∅
(2) A dan B lepas jika A - B = A
(3) A dan B lepas jika B - A = b
c. Contoh 
A = { 3, 4, 5}
B = {7, 8, 9, 10}
A' ∩ B = ∅, jadi, A dan B lepas. 

16. Himpunan Bilangan Asli
a. Bilangan asli adalah bilangan seperti 1, 2, 3, 4, 5, ....
b. Himpunan bilangan asli adalah {1, 2, 3, 4, 5, ...}
c. Bilangan asli terdiri atas 4 kelompok yaitu :
(1) bilangan genap : 2, 4, 6, 8, ....
(2) bilangan ganjil : 1, 3, 5, 7, ....
(3) bilangan prima : 2, 3, 5, 7, 11, ....
(4) bilangan komposit : 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, ....

17. Himpunan Bilangan Cacah 
a. Bilangan cacah terdiri atas himpunan semua bilangan asli dan bilangan nol. 
b. Himpunan bilangan cacah : {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ....}
c. Bilangan cacah dilambangkan dengan huruf "C".

18. Himpunan Bilangan Bulat 
a. Bilangan bulat terdiri atas bilangan asli atau bilangan bulat positif, bilangan nol dan lawan dari bilangan asli atau bilangan bulat negatif. 
b. Bilangan bulat dilambangkan dengan huruf "B".

19. Himpunan Bilangan Rasional 
a. Bilangan rasional terdiri atas
(1) Himpunan pecahan negatif 
(2) Himpunan pecahan positif 
(3) Bilangan nol 
(4) Himpunan bilangan bulat negatif 
(5) Himpunan bilangan bulat positif  

 b. Bilangan bulat pada dasarnya adalah pecahan positif dan/ pecahan negatif 

20. Himpunan Bilangan Irasional 
a. Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai bilangan pecahan atau bilangan yang bukan bilangan irasional. 
b. Contoh : √5 ; √7 ; √8 ; √11, dan sebagainya 

21. Himpunan Bilangan Real 
a. Bilangan real adalah gabungan antara himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional.
b. Bilangan real dinyatakan dengan lambang huruf "R". 

Demikian pembahasan tentang himpunan, salah satu bagian penting yang dipelajari dalam pelajaran matematika. Semoga penjelasan di atas dapat membantu teman- teman dalam belajar materi khususnya tentang Himpunan. 

Semoga Bermanfaat 

Salam. 


Sumber Tulisan : 
Purdi E. Chandra, 1994. Panduan Belajar Matematika Dasar Kelas 3 SMA. Primagama

Logika Matematika SMA: Berkenalan dengan Negasi, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi dan Bi-implikasi, Rumus Praktis dan Contohnya

Logika Matematika SMA: Berkenalan dengan Negasi, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi dan Bi-implikasi, Rumus Praktis dan Contohnya

Logika Matematika dapat dianggap sebagai salah satu pokok bahasan penting untuk dipelajari. Bagaimana tidak, logika matematika memiliki peran sentral dalam memecahkan masalah secara efektif di kehidupan sehari- hari. Salah satu kegunaannya adalah melatih kita untuk berpikir secara kritis dan sistematis. 

logika matematika SMA


Nah, teman- teman, pokok bahasan yang akan kita pelajari pada post kali ini adalah berkaitan dengan logika matematika. Dalam bidang ilmu matematika, terdapat beberapa hal terkait dengan logika matematika seperti negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, bi-implikasi dan sebagainya. Semuanya akan dibahas satu per satu untuk memudahkan kalian dalam belajar. 

Baik, langsung saja yaa, berikut penjelasannya, 

Logika Matematika
A. Negasi (Ingkaran) 
1. Jika p suatu pernyataan, maka negasi dari p akan ditulis : ~p (dibaca bukan p). 

2. Kalimat ~p benar jika p salah dan sebaliknya jika ~p salah, maka p benar. 

3. Tabel nilai kebenarannya dapat dilihat seperti berikut ini, 
tabel kebenaran negasi

4. Contoh :
a. p : 2 × 6 = 12 (benar)
 ~p : 2 × 6 ≠ 12 (salah) 

b. p : Semarang adalah Ibukota Indonesia (Salah) 
 ~p : Semarang bukan Ibukota Indonesia (Benar) 

B. Konjungsi 
1. Konjungsi merupakan penghubung, dua kalimat yang digabungkan dengan menggunakan penghubung "dan" 

2. Penghubung "dan" tersebut disimbolkan dengan lambang "^" atau "&".

3. Tabel nilai kebenarannya adalah sebagai berikut, 
Tabel nilai kebenaran konjungsi

4. Pada tabel kebenaran tersebut di atas, Konjungsi bernilai "Benar" apabila p dan q keduanya benar. 

5. Konjungsi dalam diagram venn dapat digambarkan sebagai berikut ini, 
diagram venn untuk konjungsi


Keterangan :
P : Himpunan nilai benar pernyataan p 
Q : Himpunan nilai benar pernyataan q

Adapun Irisan p ∩ q (daerah yang diarsir) adalah nilai benar dari pernyataan p ^ q

6. Contoh :
a. 5 + 0 = 5 dan 0 + 5 = 5 (Pernyataan bernilai benar)

b. 4 × 1 = 4 dan 4 × 0 ≠  0 (Pernyataan bernilai salah) 

c. Ir. Soekarno lahir di Jakarta dan meninggal tidak di Jakarta (Salah) 

d. Bung Hatta lahir di Bukittinggi dan meninggal di Jakarta (Benar) 

C. Disjungsi 
1. Disjungsi merupakan penghubung dua kalimat yang biasanya menggunakan kata penghubung "atau"

2. Notasi disjungsi adalah "V" 

3. Tabel nilai kebenaran 
tabel nilai kebenaran disjungsi

4. Disjungsi dapat digambarkan dalam diagram venn seperti berikut ini,
diagram venn disjungsi

P : pernyataan p menyatakan himpunan benar 

Q : pernyataan q menyatakan himpunan benar 

P ∪ Q  (daerah yang diarsir) menyatakan himpunan benar pernyataan p V q. 

5. Contoh :
a. Ir. Soekarno lahir di Jakarta atau meninggal di Bandung (salah) 
b. Denpasar ada di pulau Bali atau 5 + 6 ≠ 11 (benar)

D. Implikasi (Kondisional)
1. Implikasi adalah dua pertanyaan atau lebih yang menggunakan kata penghubung : jika ... maka ...

2. Notasi untuk implikasi adalah "P → Q" atau "P ⇒ Q"

3. Pernyataan sesudah kata "jika" disebut dengan anteseden sedangkan pernyataan sesudah kata "maka" disebut konklusi

4. Tabel nilai kebenaran 
Tabel nilai kebenaran implikasi

Pada tabel di atas disimpulkan bahwa implikasi akan bernilai salah apabila p benar dan q salah. 

5. Implikasi dalam diagram venn 
diagram venn implikasi

Keterangan :
P : Himpunan nilai benar pernyataan p 
Q : Himpunan nilai benar pernyataan q 
Pernyataan p ==> q mempunyai nilai- nilai kebenaran yang sama dengan pernyataan, P  P C Q
(P C Q, berarti jika x ∈ Q) 

6. Contoh :
a. Jika Jakarta ibukota Indonesia, maka 3 + 4 = 7 (benar) 
b. Jika Bandung kota kembang, maka 3 + 6 = 8 (salah) 

E. Bi-Implikasi 
1. Bi-Implikasi adalah suatu pernyataan yang berbentuk "p jika dan hanya jika q".

2. Notasi Bi-Implikasi adalah " <==>"

3. Tabel nilai kebenaran biimplikasi 
tabel nilai kebenaran bi-implikasi


keterangan :
a. Bi-implikasi bernilai "Benar" jika kedua pernyataan itu benar atau kedua- duanya salah 
b. B-implikasi disebut juga Bi-Kondisional atau Implikasi dwi arah 

4. Bi- Kondisional dapat digambarkan dalam diagram venn sebagai berikut,
bi-implikasi dalam diagram venn


Keterangan :
a. P : menyatakan himpunan nilai benar pernyataan p 
Q : menyatakan himpunan nilai benar pernyataan q 
b. p <==> q mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan P=Q
c. P = Q, berarti x ∈ P, dan hanya jika x ∈ Q

5. Contoh Bi-Implikasi 
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan di bawah ini, 
(a) 5 + 2 = 7 <==> 5 = 7 - 2   
(b) x = 6 <==> x^2 = 12

Jawab : 
a. Benar 
b. Salah. 

F. Negasi dari Kuantor 
1. Kuantor universal (umum) 
a. Notasi kuantor universal (umum) adalah  (∀) 
b. Rumus :
Pernyataan : semua/ setiap .... 
Negasi : ada/ beberapa ... tidak ....

c. Contoh : 
Pernyataan : Semua siswa memiliki disiplin tinggi. 
Negasi : Ada (atau beberapa) siswa yang tidak memiliki disiplin tinggi. 

Pernyataan : Semua sarjana pandai. 
Negasi : Ada (atau beberapa) sarjana tidak pandai 

2. Kuantor eksistensial (khusus)
a. Notasi kuantor eksistensial adalah (∃)
b. Rumus : 
Pernyataan : Ada/ beberapa ....
Negasi : semua/ setiap .... tidak ....

c. Contoh :
Pernyataan : Ada beberapa siswa SMK yang minat untuk kuliah.
Negasi : semua siswa SMK tidak minat untuk kuliah 

Pernyataan : Beberapa siswa SMA tidak ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri 
Negasi : Semua siswa SMA ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri 



Demikian pembahasan Negasi, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi dan Bi-implikasi, Rumus Praktis dan Contohnya. Semoga penjelasan di atas bermanfaat buat teman- teman yang sedang belajar untuk materi Matematika Dasar pada topik Logika Matematika. 

Selamat belajar 

Salam. 

Sumber Tulisan : 
Purdi E. Chandra, 1994. Panduan Belajar Matematika Dasar Kelas 3 SMA. Primagama


Formulir Kontak