Ahzaa.Net
Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase D untuk SMP/ MTs/ Paket B Kurikulum Merdeka Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024

Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase D untuk SMP/ MTs/ Paket B Kurikulum Merdeka Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah salah satu mapel wajib pada kurikulum merdeka. PAIBP merupakan pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepribadian serta keterampilan dalam mengamalkan ajaran Islam yang dalam pembelajarannya mewujudkan unsur pokok agama Islam yang terdiri atas iman, Islam dan ihsan. 

Image by Mario Vogelsteller from Pixabay 

PAIBP bertujuan untuk menyiapkan peserta didik sehingga dapat memahami dan menerapkan dasar- dasar agama Islam di kehidupan sehari- hari dalam lingkup NKRI. Adapun penerapan dan pemahaman akan nilai- nilai agama Islam tersebut mencakup hal- hal diantaranya :
  1. Kecenderungan kepada kebaikan 
  2. Akhlak mulia 
  3. Sikap toleransi 
  4. Kasih sayang kepada alam semesta

Ruang lingkup pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) adalah mencakup hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan antarsesama manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Muatan Materi PAIBP Fase D
Berdasar Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggal 11 Juni 2024, ada empat muatan materi PAIBP Fase D untuk jenjang SMP Kelas VII, VIII, dan IX SMP/ MTs yang meliputi : 
  • Al Qur'an Hadis 
  • Akidah
  • Akhlak
  • Fikih 
  • Sejarah Peradaban islam 

Capaian Pembelajaran (CP) Fase D  (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/ MTs)
Berikut ini Capaian Pembelajaran (CP) pada mapel Pendidikan agama dan Budi Pekerti (PAIBP) untuk Fase D yaitu kelas Kelas VII, VIII, dan IX SMP/ MTs, diantaranya :

Al Quran Hadis
Peserta didik memahami :
  • Ayat Al Quran 
  • Hadis tentang pentingnya iman dan takwa
  • Hadis tentang pentingnya toleransi
  • Hadis tentang cinta tanah air
  • Hadis tentang semangat keilmuan
  • Hadis tentang sabar dalam menghadapi musibah dan ujian

Akidah 
Peserta didik memahami :
  • Rukun Iman 
  • Iman kepada Allah Swt 
  • Hal- hal yang dapat meneguhkan iman

Akhlak
Peserta didik memahami :
  • Ikhlas 
  • Bersyukur kepada Allah 
  • Cinta Rasul 
  • Husnuzan 
  • Kasih sayang kepada sesama dan lingkungan alam 

Fikih 
Peserta didik memahami : 
  • Ketentuan sujud 
  • Salat 
  • Kewajiban terhadap jenazah 
  • haji dan umrah 
  • penyembelihan hewan, kurban, akikah
  • Rukhsah dalam perspektif mazhab fikih 

Sejarah Peradaban Islam 
Peserta didik memahami  : 
  • Peradaban Bani Umayyah 
  • Peradaban Abbassiyyah
  • Peradaban Fatimiyah 
  • Peradaban Turki Usmani
  • Peradaban Syafawi 
  • Peradaban Mughal 

Pada akhir fase D ini, Peserta didik mampu memahami beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis, rukun iman, akhlak terhadap Allah Swt., rasul, sesama, dan lingkungan, ketentuan ibadah, penyembelihan hewan, dan peradaban pasca khulafaurasyidin.

Itulah Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase D untuk SMP/ MTs/ Paket B Kurikulum Merdeka Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggal 11 Juni 2024. 

Semoga Bermanfaat 

Salam. 
Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase A, B dan C untuk SD/ MI/ Paket A Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024

Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase A, B dan C untuk SD/ MI/ Paket A Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mapel wajib pada kurikulum merdeka yang memberikan pendidikan kepada peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepribadian serta keterampilan dalam mengamalkan ajaran Islam. PAIBP dalam pembelajarannya mewujudkan unsur pokok agama Islam yang terdiri atas iman, Islam dan ihsan. 

Tujuan PAIBP
Berdasar tujuannya, PAIBP menyiapkan peserta didik untuk dapat memahami dan menerapkan dasar- dasar agama Islam di kehidupan sehari- hari dalam lingkup NKRI. Penerapan dan pemahaman akan nilai- nilai agama Islam tersebut mencakup hal- hal diantaranya :
  • kecenderungan kepada kebaikan 
  • akhlak mulia 
  • sikap toleransi 
  • kasih sayang kepada alam semesta

Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam dan Budi pekerti adalah mencakup hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan antarsesama manusia dan hubungan manusia dengan alam melalui pendekatan yang beragam yang berpihak pada peserta didik. 

Muatan Materi PAIBP
Menurut Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggal 11 Juni 2024, ada empat muatan materi PAIBP yang meliputi : 
  1. Al Qur'an Hadis 
  2. Akidah
  3. Akhlak
  4. Fikih 
  5. Sejarah Peradaban islam 

I. Capaian Pembelajaran (CP) Fase A  (Kelas I dan II SD/ MI/ Paket A) 
Berikut ini Capaian Pembelajaran (CP) pada mapel Pendidikan agama dan Budi Pekerti (PAIBP) untuk Fase A yaitu kelas I dan II SD/ MI/ Paket A), diantaranya :

Al Quran Hadis
Peserta didik memahami :
  • huruf hijaiah berharakat
  • huruf hijaiah bersambung
  • Surah al-Fātiḥah
  • beberapa surah pendek Al-Qur’an
  • Hadis tentang kebersihan.

Akidah 
Peserta didik memahami :
  • Rukun Iman 
  • Iman kepada Allah Swt 
  • Bbeerapa Asmaul Husna
  • Iman kepada malaikat

Akhlak
Peserta didik memahami :
  • Akhlak terhadap Allah Swt dengan menyucikan dan memuji-Nya 
  • Akhlak terhadap diri sendiri 

Fikih 
Peserta didik memahami : 
  • Rukun Islam 
  • Syahadatain 
  • Tata Cara Bersuci 
  • Salat Fardu 
  • Azan 
  • Ikamah 
  • Zikir 
  • Berdoa setelah salat 

Sejarah Peradaban Islam 
Peserta didik memahami  : 
  • Kisah beberapa nabi dan rasul 

II. Capaian Pembelajaran (CP) Fase B  (Kelas III dan IV SD/ MI/ Paket A) 
Berikut ini Capaian Pembelajaran (CP) pada mapel Pendidikan agama dan Budi Pekerti (PAIBP) untuk Fase A yaitu kelas III dan IV SD/ MI/ Paket A), diantaranya :

Al Quran Hadis
Peserta didik memahami :
  • Beberapa surah pendek dan ayat al Quran 
  • Hadis tentang kewajiban salat 
  • Hadis tentang menjaga hubungan baik dengan sesama 

Akidah 
Peserta didik memahami :
  • Sifat- sifat Allah Swt 
  • Beberapa asmaul husna 
  • Iman kepada kitab- kitab Allah Swt 
  • Iman kepada rasul- rasul Allah Swt  

Akhlak
Peserta didik memahami :
  • Akhlak terhadap Allah Swt dengan berbaik sangka kepada-Nya 
  • Akhlak terhadap orang tua 
  • Akhlak terhadap keluarga 
  • Akhlak terhadap guru  

Fikih 
Peserta didik memahami : 
  • Puasa
  • Salat Jumat dan salat sunnah 
  • Balig dan tanggung jawab yang menyertainya (taklif) 

Sejarah Peradaban Islam 
Peserta didik memahami  : 
  • Kisah nabi Muhammad Saw sebelum dan sesudah menjadi rasul periode Makkah 

III. Capaian Pembelajaran (CP) Fase C  (Kelas V dan VI SD/ MI/ Paket A) 
Berikut ini Capaian Pembelajaran (CP) pada mapel Pendidikan agama dan Budi Pekerti (PAIBP) untuk Fase A yaitu kelas V dan VI SD/ MI/ Paket A), diantaranya :

Al Quran Hadis
Peserta didik memahami :
  • Beberapa surah pendek dan ayat al Quran 
  • Hadis tentang keragaman 

Akidah 
Peserta didik memahami :
  • Sifat- sifat Allah Swt 
  • Beberapa asmaul husna 
  • Iman kepada hari akhir
  • Iman kepada qada dan qadar

Akhlak
Peserta didik memahami :
  • Akhlak terhadap Allah Swt dengan berdoa dan bertawakkal kepada-Nya 
  • Akhlak terhadap teman 
  • Akhlak terhadap tetangga 
  • Akhlak terhadap non muslim 
  • Akhlak terhadap hewan dan tumbuhan  

Fikih 
Peserta didik memahami : 
  • Puasa sunnah
  • Zakat, Infak, sedekah, hadiah 
  • Makanan yang halal dan haram  

Sejarah Peradaban Islam 
Peserta didik memahami  : 
  • Kisah nabi Muhammad Saw  periode Madinah dan Khulfaurrasyidin

Itulah Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Fase A, B dan C untuk SD/ MI/ Paket A Sesuai Lampiran Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggal 11 Juni 2024. Buat teman- teman yang ingin mengunduhnya, bisa melalui tautan berikut ini, 


Semoga Bermanfaat 

Salam. 
Capaian Pembelajaran (CP) PAUD Fase Fondasi Menurut Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024: Penyusunan, Karakteristik CP dan Elemen CP PAUD Fase Fondasi

Capaian Pembelajaran (CP) PAUD Fase Fondasi Menurut Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024: Penyusunan, Karakteristik CP dan Elemen CP PAUD Fase Fondasi

Capaian Pemeblajaran (CP) PAUD disebut juga sebagai fase fondasi yang meliputi pendidikan anak usia dini pada taman kanak- kanak, raudhatul athfal, kelompok bermain, taman penitipan anak atau bentuk lain yang sederajat. 

Capaian Pembelajaran dalam satuan Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) berguna dalam merancang pembelajaran yang dibutuhkan oleh anak usia dini sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar. Melalui Capaian Pembelajaran, dapat tercipta kerangka pembelajaran yang dapat mengarahkan pendidikan PAUD dalam membangun nilai- nilai, pengetahuan dan keterampilan yang berguna sebagai landasan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Gambar oleh joduma dari Pixabay

Pertimbangan Rasional Penyusunan CP PAUD
Pada jenjang PAUD, Capaian pembelajaran (CP) disebut juga sebagai fase fondasi dimana dalam penyusunannya memperhatikan beberapa pertimbangan rasional diantaranya sebagai berikut : 
  1. CP mencerminkan nilai karakter pada profil pelajar Pancasila serta kompetensi dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk anak usia dini. 
  2. CP dirumuskan sebagai suatu nilai dan kompetensi untuk dicapai pada akhir partisipasi anak di satuan PAUD dan oleh karena itu, tidak perlu dikunci menjadi capaian per usia. 
  3. CP fase fondasi mempertimbangkan kemampuan yang perlu dimiliki anak untuk masa transisi dari PAUD ke SD yang terdiri atas enam kemampuan diantaranya :
  • nilai agama dan budi pekerti 
  • kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar 
  • keterampilan sosial dan bahasa 
  • pemaknaan terhadap belajar yang positif 
  • pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri 
  • kematangan kognitif untuk kegiatan belajar mengajar 

Karakteristik lingkup CP Fase Fondasi 
Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi memuat sejumlah kompetensi yang dapat dianggap sama dengan sejumlah mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan di atasnya. Capaian Pembelajaran bagi anak usia dini perlu membangun enam aspek perkembangan seperti nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan nilai Pancasila. Aspek perkembangan tersebut selanjutnya disusun menjadi tiga elemen di dalam Capaian Pembelajaran Fase Fondasi yang dirumuskan secara terkait. 

Karakteristik pada pembelajaran PAUD adalah sebagai berikut :
  • Interaksi dengan anak yang mencerminkan rasa menghargai dan menghormati anak.
  • Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mendorong rasa ingin tahu anak dan memberikan pengalaman yang menyenangkan agar tercapainya tujuan pembelajaran. 
  • Perancangan kegiatan pembelajaran memperhatikan laju perkembangan, minat, dan kebutuhan anak yang berbeda.
  • Penyusunan tujuan pembelajaran mampu memunculkan tantangan bagi anak.
  • Pencapaian tujuan pembelajaran dilakukan dengan pemberian bimbingan dan dukungan pada anak.  
  • Pencapaian tujuan pembelajaran dilakukan melalui kemitraan dengan keluarga.  
  • Pemanfaatan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar. 
  • Pelaksanaan asesmen selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. 
  • Penerapan asesmen dilakukan dengan cara autentik (mengamati perilaku/kemampuan anak secara alami dan apa adanya yang ditampilkan anak), sehingga lebih adil dalam mendokumentasikan perilaku dan kemampuan yang teramati. 

Capaian Pembelajaran (CP) PAUD
Berdasarkan Keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggel 11 Juni 2024, Ada tiga elemen yang saling berkaitan yang kemudian dirumuskan sebagai Capaian Pembelajaran Fase Fondasi diantaranya :
  1. Pertama, nilai Agama dan Budi Pekerti, yaitu anak mengenal konsep Tuhan Yang Maha Esa, mengenal kebiasaan praktik ibadah agama atau kepercayaannya seperti menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri. Selain itu anak juga dapat menghargai diri, sesama manusia dengan berbagai perbedaannya melalui perilaku yang baik dan berakhlak mulia serta menghargai alam sebagai bentuk syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
  2. Kedua, Jati Diri, yaitu kemampuan anak mengenali identitas diri, mampu menggunakan fungsi gerak seperti motorik kasar, halus dan taktil, memiliki kematangan emosi dan sosial di lingkungan belajarnya.
  3. Ketiga, Dasar- dasar literasi, Matematika, Sains, Teknologi Rekayasan dan Seni, yaitu kemampuan anak dalam mengenali dan memahami berbagai informasi serta mengkomunikasikan perasaan dan pikirannya baik secara lisan, tulisan maupun berbagai media. 

Itulah tentang Capaian Pembelajaran (CP) PAUD Fase Fondasi Menurut Keputusan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024. Buat teman - teman yang membutuhkan lampiran salinan dari keputusan BSKAP Kemdikbudristek Nomor 032/H/KR/2024 tanggal 11 Juni 2024, dapat mengunduh melalui tautan berikut ini, 


Semoga Bermanfaat.

Salam
Mengenal Tarumanegara, Kerajaan Tertua di Jawa Barat:  Sejarah, Prasasti Peninggalan, Agama, dan Keruntuhannya

Mengenal Tarumanegara, Kerajaan Tertua di Jawa Barat: Sejarah, Prasasti Peninggalan, Agama, dan Keruntuhannya

Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang terletak di wilayah Jawa Barat. Berdiri sekitar abad ke-4 M, Tarumanegara memainkan peran penting dalam sejarah awal nusantara dengan berbagai pencapaian politik, ekonomi, dan budaya. Sebagai kerajaan Hindu-Buddha, Tarumanegara meninggalkan warisan yang masih terasa hingga saat ini, terutama melalui prasasti-prasasti yang memberikan wawasan tentang kehidupan pada masa itu.

Photo by Ave Calvar on Unsplash

Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Jayasingawarman berasal dari India dan memimpin sekelompok pengikut yang melarikan diri dari kekacauan politik di wilayahnya. Mereka menetap di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Jawa Barat, di tepi sungai Citarum, dengan nama "Tarumanegara" atau "Negeri Taruma."

Pada masa pemerintahan Dharmayawarman, yaitu putra dari Jayasingawarman, kerajaan Tarumanegara memperluas pengaruhnya ke seluruh wilayah Jawa Barat. Adapun puncak kejayaan Tarumanegara terjadi pada masa pemerintahan Raja Purnawarman. 

Raja Purnawarman dikenal karena kebijaksanaannya dalam memimpin serta berbagai proyek pembangunan infrastruktur, termasuk irigasi dan kanal.

Bukti Arkeologis dan Prasasti
Sejarah Kerajaan Tarumanegara didukung oleh sejumlah prasasti yang ditemukan di berbagai tempat di Jawa Barat. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, dan memberikan gambaran tentang kehidupan, budaya, serta sistem pemerintahan pada masa itu. Beberapa prasasti penting Tarumanegara adalah sebagai berikut :

Prasasti Tugu
Prasasti ini ditemukan di Tugu, Jakarta Utara, dan mencatat proyek penggalian kanal yang dilakukan oleh Raja Purnawarman. Kanal ini dirancang untuk mengendalikan banjir dan mengairi lahan pertanian, menunjukkan perhatian raja terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Prasasti Ciaruteun
Terletak di dekat Bogor, prasasti ini memuat jejak kaki Raja Purnawarman yang dianggap sebagai lambang kekuasaan dan ketuhanan. Jejak kaki ini juga diapit oleh simbol cakra dan trisula, yang mewakili aspek-aspek keilahian dan kekuatan.

Prasasti Kebon Kopi
Dalam prasasti Kebon Kopi ini, terdapat jejak kaki gajah dan mengaitkan kekuasaan raja dengan kekuatan hewan tersebut. Prasasti ini menyoroti pentingnya gajah dalam ritual dan simbolisme kerajaan.

Struktur Pemerintahan dan Kehidupan Sosial
Kerajaan Tarumanegara memiliki sistem pemerintahan yang tersentralisasi dengan raja sebagai pusat kekuasaan tertinggi. Raja Purnawarman, khususnya, dikenal sebagai pemimpin yang kuat dan bijaksana. Selain sebagai pemimpin politik, raja juga dianggap memiliki peran religius yang signifikan, mencerminkan pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan kerajaan.

Kehidupan sosial di Tarumanegara diwarnai oleh kegiatan agraris, terutama pertanian padi, yang didukung oleh sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah. Perdagangan juga memainkan peran penting, dengan Tarumanegara terlibat dalam jaringan perdagangan internasional yang mencakup India, Tiongkok, dan berbagai wilayah di Nusantara. Ini terbukti dari penemuan barang-barang seperti manik-manik, keramik, dan perhiasan dari luar negeri.

Pengaruh Budaya dan Agama
Kerajaan Tarumanegara memainkan peran penting dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha di Jawa Barat. Pengaruh India terlihat jelas dalam prasasti dan arsitektur, serta dalam sistem pemerintahan dan budaya. Misalnya, penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta mencerminkan hubungan budaya yang erat dengan India.

Tarumanegara juga menjadi pusat kebudayaan yang penting, di mana seni, sastra, dan ilmu pengetahuan berkembang. Candi dan prasasti yang ditemukan di wilayah kerajaan menunjukkan adanya upaya untuk mengembangkan arsitektur dan seni rupa yang mencerminkan pengaruh Hindu-Buddha.

Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mulai mengalami kemunduran pada abad ke-7, bersamaan dengan meningkatnya pengaruh kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kemunduran Tarumanegara adalah munculnya Kerajaan Sriwijaya yang mendominasi perdagangan dan politik di wilayah tersebut.

Pada akhirnya, wilayah Tarumanegara menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda yang lebih besar. Meskipun demikian, warisan Tarumanegara tetap hidup dalam berbagai aspek budaya dan sejarah Jawa Barat.

Beberapa warisan Kerajaan Tarumanegara masih dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan modern di Jawa Barat. Prasasti dan situs arkeologis yang ditemukan memberikan wawasan berharga tentang sejarah awal Indonesia dan menjadi daya tarik wisata sejarah yang penting. Nama-nama tempat, cerita rakyat, dan tradisi lokal juga mencerminkan pengaruh Tarumanegara.

Dalam konteks yang lebih luas, studi tentang Tarumanegara membantu untuk memahami proses pembentukan kerajaan-kerajaan di Nusantara, pengaruh budaya luar, dan perkembangan awal sistem pemerintahan serta ekonomi di Indonesia.

Dalam hal ini, sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, Kerajaan Tarumanegara  memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan politik, ekonomi, dan budaya di Jawa Barat. Melalui prasasti-prasasti yang tersisa, kita dapat melihat bagaimana Tarumanegara memainkan peran penting dalam membentuk sejarah awal Indonesia, menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha, dan membangun infrastruktur yang mendukung kehidupan masyarakat pada masanya. Warisan Tarumanegara tetap hidup hingga kini, menjadi bagian integral dari identitas budaya dan sejarah Jawa Barat.

Itulah tentang kerajaan Tarumanegara, sebagai salah stau kerajaan tertua di Jawa Barat. Semoga pembahasan di atas dapat memberikan manfaat buat sahabat AhzaaNet semuanya. 

Salam. 
Latihan Soal Asesmen Sumatif Harian/ Penilaian Harian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 3 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Bab 2 Ayo Mengenal Tuhan Kita (Part II) Sifat Mustahil dan Sifat Jaiz Allah Swt

Latihan Soal Asesmen Sumatif Harian/ Penilaian Harian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 3 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Bab 2 Ayo Mengenal Tuhan Kita (Part II) Sifat Mustahil dan Sifat Jaiz Allah Swt

Hai sahabat AhzaaNet, masih dengan latihan soal PAIBP Kelas 3 SD materi Bab 2 Ayo Mengenal Tuhan Kita. Pada post ini kita lanjutkan untuk belajar ke materi sub bab kedua (Part II) yaitu sifat mustahil Allah Swt. 

Gambar oleh WAQAR AHMAD dari Pixabay

Materi ini merupakan lanjutan dari materi sub bab sebelumnya yaitu sifat wajib Allah Swt. Buat teman- teman yang belum belajar materi tersebut, boleh di buka pada post yang sudah saya publish sebelumnya. 


Untuk latihan soal PAIBP Bab 2 sub bab kedua (part II) tentang sifat mustahil Allah Swt, akan membahas tentang sifat mustahil Allah Swt beserta sifat Jaiz Allah Swt.  

Ada 40 soal latihan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar teman - teman semua. Latihan soal juga sudah lengkap dengan kunci jawabannya untuk memudahkan dalam belajar. 


Baik, langsung saja yaa, berikut latihan soalnya, selamat belajar...

Latihan Soal Asesmen Sumatif Harian/ Penilaian Harian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 3 SD Semester 1 Kurikulum Merdeka Bab 2 Ayo Mengenal Tuhan Kita (Part II) Sifat Mustahil Allah Swt dan Sifat Jaiz Allah Swt

1. Sifat mustahil Allah Swt merupakan sifat yang ....
a. dimiliki Allah Swt 
b. tidak pernah dimiliki Allah Swt 
c. sempurna bagi Allah Swt 
d. boleh ada pada Allah Swt 


2. Sebagai Tuhan, Allah Swt pasti ada, dan mustahil bersifat ....
a. adam 
b. hudus 
c. fana 
d. mumasalatu lilhawadisi 


3. Allah Swt mustahil bersifat hudus yang artinya ....
a. rusak 
b. baru 
c. sama dengan ciptaannya 
d. berdiri karena yang lain 


4. Allah Swt tidak pernah rusak binasa karena sifat mustahil ....
a. mumaslatu lilhawadisi 
b. qiyamuhu bighairihi
c. taadud 
d. fana 


5.  Allah Swt tidak mungkin sama dengan makhluk ciptaannya, karena Allah Swt mustahil bersifat ....
a. mumaslatu lilhawadisi 
b. qiyamuhu bighairihi
c. taadud 
d. ajzun 


6. Sebagai zat yang Maha Kuasa, Allah Swt tidak mungkin butuh dengan mekhluk-Nya, karena sifat mustahil ....
a. mumaslatu lilhawadisi 
b. qiyamuhu bighairihi
c. taadud 
d. ajzun 


7. Allah Swt hanya satu, tidak mungkin berbilang, karena sifat mustahil ....
a. ajzun 
b. ta'adud 
c. karahah 
d. jahlun 


8. Allah Swt mustahil bersifat lemah atau ....
a. ajzun 
b. mautun 
c. karahah 
d. jahlun 


9. Dalam berkehendak, Allah Swt tidak mungkin atau mustahil bersifat karahah yang artinya ....
a. bodoh 
b. mati 
c. terpaksa 
d. buta 


10. Allah Swt mustahil bersifat jahlun yang artinya ....
a. mati 
b. bodoh 
c. umyun 
d. terpaksa 


11. Allah Swt tidak mungkin mati atau mustahil bersifat ....
a. summun 
b. mautun 
c. umyun 
d. bukmun 


12. Allah Swt pasti tidak tuli atau Allah Swt mustahil bersifat ....
a. ajizan 
b. umyun 
c. summun 
d. umyun 


13. Allah Swt Maha Melihat atas segala sesuatu dan mustahil bersifat umyun yang artinya ....
a. buta 
b. bisu 
c. tuli 
d. lemah 


14. Allah Swt memiliki sifat mustahil bukmun yang artinya ....
a. buta 
b. bisu 
c. tuli 
d. lemah


15. Keadaan Allah Swt tidak mungkin lemah atau mustahil bersifat ....
a. karihan 
b. jahilan 
c. maiyitan 
d. ajizan 


16. Keadaan Allah Swt tidak mungkin terpaksa dalam berbuat sesuatu karena Allah Swt mustahil bersifat ....
a. jahilan 
b. maiyitan 
c. karihan 
d. asamma 


17. Allah swt tidak mungkin bodoh atau mustahil memiliki sifat ....
a. jahilan 
b. maiyitan 
c. karihan 
d. asamma


18. Zat Allah Swt tidak mungkin mati atau mustahil bersifat ....
a. jahilan 
b. maiyitan 
c. karihan 
d. asamma


19. Keadaan Allah Swt tidak mungkin tuli karena sifat mustahil ....
a. abkam 
b. a'ma 
c. asamma 
d. maiyitan 


20. Allah Swt mustahil bersifat a'ma yang artinya ....
a. keadaan yang tuli 
b. keadaan yang buta 
c. keadaan yang bisu 
d. keadaan yang bodoh 


21. Allah Swt mustahil memiliki sifat abkam yang artinya ....
a. keadaan yang tuli 
b. keadaan yang buta 
c. keadaan yang bisu 
d. keadaan yang bodoh


22. Kita meyakini bahwa Allah Swt pasti ada, tidak mungkin Allah Swt tidak ada karena Allah Swt adalah pencipta semua yang ada. Dalam hal ini, Allah Swt mustahil bersifat ....
a. adam 
b. hudus 
c. fana 
d. mumasalatu lilhawadisi 


23. Allah Swt sudah ada sejak dahulu dan kita meyakini bahwa Allah Swt tidaklah baru. Hal tersebut karena Allah Swt mustahil bersifat ....
a. fana 
b. hudus 
c. mumasalatu lilhawadisi 
d. qiyamuhu bighairihi 


24. Kita meyakini bahwa Allah itu kekal, dan tidak akan pernah rusak atau binasa karena sifat mustahil Allah Swt yaitu ....
a. fana 
b. hudus 
c. mumasalatu lilhawadisi 
d. qiyamuhu bighairihi 


25. KIta harus meyakini bahwa Allah Swt tidak mungkin sama dengan makhluk ciptaan-Nya karena Allah Swt mustahil bersifat ....
a. fana 
b. hudus 
c. mumasalatu lilhawadisi 
d. qiyamuhu bighairihi 


26. Allah Swt tidak mungkin butuh kepada makhluk-Nya karena mustahil Allah Swt bersifat ....
a. fana 
b. hudus 
c. mumasalatu lilhawadisi 
d. qiyamuhu bighairihi


27. Kita meyakini bahwa Allah Swt hanya satu dan tidak mungkin berbilang Karena Allah Swt mustahil bersifat ....
a. ajzun 
b. ta'adud 
c. karahah 
d. jahlun 


28. Allah Swt mustahil bersifat karahah. Dalam hal ini kita meyakini bahwa Allah Swt ....
a. tidak bodoh 
b. terpaksa dalam berkehendak 
c. tidak mungkin mati 
d. tidak tuli 


29. Allah Swt mustahil bersifat jahlun karena Allah Swt Maha ....
a. Mengetahui 
b. Berkehendak 
c. Hidup 
d. Kekal 


30. Allah Swt mustahil bersifat mautun karena Allah Swt Maha ....
a. Mengetahui 
b. Berkehendak 
c. Hidup 
d. Kekal


31. Allah Swt Maha Mendengar sehingga mustahil Allah Swt bersifat ....
a. umyun 
b. summun 
c. bukmun 
d. ajizan 


32. Allah Swt mustahil bersifat umyun karena Allah Swt Maha ....
a. Mendengar 
b. Melihat 
c. Berfirman 
d. Kuat 


33. Allah Swt Maha Berfirman dan kita meyakini bahwa Allah Swt mustahil bersifat ....
a. bukmun 
b. ajizan 
c. karihan 
d. jahilan 


34. Allah Swt mustahil memiliki sifat ... karena keadaan Allah Swt tidak mungkin lemah. 
a. bukmun 
b. ajizan 
c. karihan 
d. jahilan 


35. Kita meyakini bahwa Allah Swt mustahil bersifat karihan yang artinya ....
a. keadaan Allah Swt tidak terpaksa berbuat sesuatu 
b. keadaan Allah Swt tidak bodoh 
c. keadaan Allah Swt tidak akan mati 
d. keadaan Allah Swt tidak mungkin tuli 


36. Sifat yang boleh ada pada Allah Swt dan Allah Swt berhak melakukan atau tidak melakukan disebut ....
a. sifat wajib Allah Swt 
b. sifat mustahil Allah Swt 
c. sifat jaiz Allah Swt 
d. sifat kuasa Allah Swt 


37. Berikut ini yang merupakan contoh sifat jaiz Allah Swt adalah ....
a. membuat orang sakit atau orang sehat 
b. membuat orang bahagia atau tidak bahagia 
c. membuat orang senang atau sedih 
d. semua jawaban benar 


38. Jumlah sifat jaiz Allah ada ....
a. 1 
b. 2
c. 3 
d. 4 


39. Dalam menghayati sifat jaiz Allah Swt dalam kehidupan sehari- hari, maka sikap kita adalah ....
a. meyakini bahwa Allah Swt Maha Mendengar dan Maha Mengetahui 
b. meyakini bahwa Allah Swt boleh berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu tanpa terikat aturan 
c. meyakini bahwa Allah Swt Maha Berfirman 
d. meyakini bahwa Allah Swt Maha Pengasih dan Maha Penyayang 


40. فَعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْ تَرْكُهُ

arti dari sifat jaiz di atas adalah ....
a. Allah Swt Maha Berkehendak atas sesuatu 
b. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
c. Allah Swt Maha Melihat
d. Sifat yang boleh ada pada Allah Swt

Puasa Arafah Tanggal 9 Dzulhijjah: Pengertian, Keutamaan dan Panduan Pelaksanaannya

Puasa Arafah Tanggal 9 Dzulhijjah: Pengertian, Keutamaan dan Panduan Pelaksanaannya

Puasa Arafah adalah ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari Wukuf di Arafah, salah satu hari yang paling agung dalam Islam. Hari ini memiliki makna spiritual mendalam bagi umat Islam, terutama bagi mereka yang sedang menunaikan ibadah haji. Melaksanakan puasa pada hari Arafah membawa banyak keutamaan dan pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT.

Gambar oleh Alp Cem dari Pixabay

Latar Belakang dan Makna Hari Arafah
Hari Arafah adalah puncak dari pelaksanaan ibadah haji, di mana para jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melakukan Wukuf, yakni berdiam diri sambil berdoa dan berdzikir dari waktu Dzuhur hingga terbenamnya matahari. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting, dan hari ini dianggap sebagai kesempatan besar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji, puasa Arafah adalah cara untuk merasakan keberkahan hari ini dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pasalnya, Puasa pada hari arafah membawa banyak pahala. Selain itu, puasa arafah juga dianggap sebagai salah satu amalan yang sangat dianjurkan.

Keutamaan Puasa Arafah
Puasa Arafah memiliki keutamaan yang besar diantaranya :

Pengampunan Dosa
Salah satu keutamaan utama puasa Arafah adalah pengampunan dosa. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Ini menunjukkan bahwa puasa pada hari Arafah bisa menghapus dosa kecil selama dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang.

Anjuran Sunnah Nabi
Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa Arafah bagi mereka yang tidak berhaji. Dalam hadis lain, Aisyah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW tidak pernah meninggalkan puasa pada hari Arafah.

Peningkatan Kualitas Ibadah
Puasa Arafah juga menjadi momen bagi seorang Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadahnya. Selain menahan diri dari makan dan minum, puasa ini diiringi dengan memperbanyak doa, dzikir, dan amal kebajikan lainnya. Hari Arafah adalah hari yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa karena Rasulullah SAW bersabda: “Doa yang paling baik adalah doa pada hari Arafah” (HR. Tirmidzi).

Hari yang Mulia dalam Islam
Hari Arafah dianggap sebagai salah satu hari yang paling mulia dalam Islam. Puasa pada hari ini menambah kekhusyukan dan kemuliaan bagi seorang Muslim yang tidak dapat berada di Arafah.

Tata Cara Pelaksanaan Puasa Arafah
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti dalam melaksanakan puasa Arafah:

Niat
Niat untuk berpuasa Arafah harus dilakukan sebelum fajar. Niat bisa diucapkan dalam hati atau dengan lisan, yang penting adalah adanya kesadaran untuk menjalankan puasa karena Allah SWT pada hari Arafah. Niat puasa arafah adalah Nawaitu shauma 'arafata sunnatan lillaahi ta'aalaa. Artinya: "Saya berniat berpuasa sunah Arafah karena Allah Ta'ala."

Menahan Diri dari Makan dan Minum
Puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama waktu ini, seorang Muslim harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.

Memperbanyak Ibadah
Pada hari ini, selain berpuasa, dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, bersedekah, dan berdzikir. Doa pada hari Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar, dan ini adalah waktu yang tepat untuk memohon ampunan dan keberkahan dari Allah.

Berbuka Puasa
Puasa Arafah diakhiri dengan berbuka setelah matahari terbenam. Dianjurkan untuk berbuka dengan makanan yang halal dan baik, serta memulai dengan doa berbuka puasa.

Manfaat Puasa Arafah
Melaksanakan puasa Arafah tidak hanya membawa manfaat spiritual tetapi juga memberikan dampak positif dalam kehidupan seorang Muslim. Beberapa manfaat tersebut meliputi:

Pembersihan Jiwa
Dengan berpuasa, seorang Muslim dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini membantu dalam pembersihan jiwa dari dosa dan perilaku yang tidak baik.

Peningkatan Taqwa
Puasa Arafah adalah bentuk ketaatan dan pengabdian kepada Allah, yang berfungsi untuk meningkatkan taqwa (ketaatan dan kesadaran akan Allah) dalam kehidupan sehari-hari.

Kesadaran Sosial
Dengan berpuasa, seseorang lebih merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan dan lapar. Ini dapat menumbuhkan rasa empati dan dorongan untuk membantu sesama, baik melalui sedekah atau bentuk bantuan lainnya.

Bentuk Solidaritas Umat Islam
Pada hari Arafah, meskipun tidak berada di Arafah, Muslim di seluruh dunia berpuasa dan berdoa bersama. Ini memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di antara umat Islam.

Semoga dengan memahami dan melaksanakan puasa Arafah, kita semua umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan jiwa, dan meningkatkan taqwa. Hari Arafah adalah momen istimewa yang menawarkan kesempatan besar bagi seorang Muslim untuk memperbanyak amal ibadah, doa, dan pengabdian kepada Allah SWT. Melalui puasa ini, kita diingatkan akan nilai-nilai kesabaran, ketakwaan, dan solidaritas yang memperkuat ikatan iman di antara mereka.

Semoga Bermanfaat
Mengenal Puasa Tarwiyah Tanggal 8 Dzulhijjah: Pengertian, Keutamaan, dan Pelaksanaannya

Mengenal Puasa Tarwiyah Tanggal 8 Dzulhijjah: Pengertian, Keutamaan, dan Pelaksanaannya

Puasa Tarwiyah merupakan salah satu amalan puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, yaitu satu hari menjelang Hari Arafah. Puasa Tarwiyah merupakan salah satu dari serangkaian ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam selama sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, yang dianggap sebagai salah satu periode paling suci dalam kalender Islam.

Gambar oleh Garik Barseghyan dari Pixabay

Pengertian Puasa Tarwiyah
Secara etimologi, kata "Tarwiyah" berasal dari bahasa Arab yang berarti "memikirkan" atau "merenungkan". Dalam konteks sejarah Islam, Tarwiyah adalah hari ketika para jamaah haji mempersiapkan diri untuk melaksanakan Wukuf di Arafah, yang berlangsung pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari ini, mereka biasanya melakukan berbagai persiapan mental dan spiritual, termasuk menyiapkan air minum (tarwiyah), karena air sangat penting untuk bertahan di padang Arafah yang tandus.

Puasa Tarwiyah merupakan ibadah sunnah yang dianjurkan. Walaupun demikian, banyak ulama dan para ulama klasik seperti Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad menyatakan bahwa menjalankan puasa ini mendatangkan pahala besar dan memberikan manfaat spiritual yang signifikan.

Keutamaan Puasa Tarwiyah
Meskipun tidak ada hadis yang secara langsung mengaitkan keutamaan khusus dengan puasa Tarwiyah, para ulama menyimpulkan keutamaannya berdasarkan beberapa aspek berikut:

Memperoleh Pahala Puasa Sunnah
Seperti puasa sunnah lainnya, puasa Tarwiyah merupakan bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjalankan puasa pada hari ini dianggap sebagai salah satu bentuk pengabdian dan ketundukan kepada perintah Allah.

Persiapan Spiritual
Puasa Tarwiyah membantu seseorang untuk mempersiapkan diri secara spiritual menjelang Hari Arafah, yang memiliki keutamaan khusus dan merupakan hari utama dalam ibadah haji. Melalui puasa tarwiyah, seseorang dapat membersihkan jiwa dan lebih khusuk dalam menjalankan ibadahnya.

Mengikuti Sunnah Rasul
Puasa pada hari Tarwiyah, meskipun tidak ada riwayat langsung dari Rasulullah SAW yang mengatakannya, tetap dianggap baik oleh para ulama karena mengikuti tradisi persiapan diri untuk ibadah besar, yaitu Wukuf di Arafah.

Meraih Ampunan Dosa
Puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, termasuk puasa Tarwiyah, diyakini membawa ampunan dosa. Dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hari-hari yang amal salih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini,” (HR. Bukhari). Puasa pada hari-hari ini, termasuk Tarwiyah, masuk dalam kategori amal salih tersebut.

Pelaksanaan Puasa Tarwiyah
Cara melaksanakan puasa tarwiyah bisa dianggap sama dengan puasa sunnah lainnya. Adapun tata cara melaksanakan puasa tarwiyah adalah sebagai berikut:

Niat Puasa tarwiyah
Niat berpuasa harus dilakukan sebelum fajar pada hari 8 Dzulhijjah. Niat dapat diucapkan dalam hati dengan tujuan menjalankan puasa sunnah Tarwiyah karena Allah SWT. Niat puasa tarwiyah adalah Nawaitu shauma tarwiyyata sunnatan lillaahi ta'aalaa. Yang artinya: "saya berniat berpuasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta'ala."

Menahan Diri dari Makan dan Minum
Seperti puasa pada umumnya, orang yang berpuasa harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Memperbanyak Ibadah
Selain menahan diri dari makan dan minum, disarankan untuk memperbanyak ibadah seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, berdzikir, dan amal-amal kebajikan lainnya.

Berbuka Puasa
Setelah matahari terbenam, orang yang berpuasa dianjurkan untuk berbuka dengan makanan yang halal dan baik, serta memulai berbuka dengan doa.

Pengaruh Puasa Tarwiyah Terhadap Kehidupan
Puasa Tarwiyah memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan seorang Muslim. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperkuat kesabaran. Selain itu, puasa ini membantu membersihkan hati dari berbagai noda dosa dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. 

Puasa Tarwiyah juga dapat menjadi momen introspeksi diri khususnya dalam merenungkan perjalanan hidupnya dan memperbaiki kekurangan dalam ibadah dan amal sehari-hari. Pasalnya, waktu dalam puasa tarwiyah merupakan saat yang tepat untuk memperbanyak doa dan permohonan ampun, mengingat Allah lebih sering, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Semoga Bermanfaat.

Hari Raya Idul Qurban, Berikut Ketentuan Hewan Kurban: Jenis, Kondisi, dan Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban

Hari Raya Idul Qurban, Berikut Ketentuan Hewan Kurban: Jenis, Kondisi, dan Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban

Sebentar lagi umat Islam di dunia akan merayakan hari raya Idul Adha atau yang seringkali disebut dengan hari raya idul qurban. Dalam kelender Islam, hari raya Idul Adha ditetapkan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Pada Hari Raya Idul Adha dan hari - hari tasyrik, akan dilaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai salah satu ibadah penting dalam agama Islam. 

Image by Mario Vogelsteller from Pixabay 

Berkaitan dengan hewan- hewan yang dikurbankan, terdapat ketentuan khusus yang mengatur agar pelaksanaan ibadah kurban sah dan diterima oleh Allah Swt. Ketentuan tersebut mencakup jenis, kondisi, dan usia hewan yang diperbolehkan untuk dijadikan hewan kurban. Nah, apa saja ketengtuannya, berikut ulasannya, 

Ketentuan Hewan untuk Kurban dalam Islam
Kurban merupakan salah satu ibadah penting dalam agama Islam, dilakukan pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik. Dalam pelaksanaan kurban, terdapat ketentuan khusus mengenai jenis, kondisi, dan usia hewan yang boleh dijadikan kurban. Memahami ketentuan ini sangat penting agar ibadah kurban sah dan diterima oleh Allah SWT.

Jenis Hewan Kurban
Menurut syariat Islam, hewan yang boleh dijadikan kurban adalah hewan ternak tertentu yang mencakup:
Domba dan Kambing
Hewan yang paling sering digunakan untuk kurban. Baik domba maupun kambing harus mencapai usia minimal satu tahun. Dalam konteks ini, baik domba (jenis biri-biri) yang telah berusia satu tahun atau lebih, atau kambing yang berusia dua tahun atau lebih, diperbolehkan.

Sapi
Sapi yang sah untuk kurban harus berusia minimal dua tahun. Seekor sapi dapat dikurbankan untuk tujuh orang, sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang memperbolehkan tujuh orang berbagi satu sapi untuk kurban.

Unta
Unta harus berusia minimal lima tahun untuk dapat dijadikan kurban. Seekor unta bisa digunakan untuk kurban oleh tujuh orang, mirip dengan ketentuan sapi.
Hewan selain yang disebutkan di atas, seperti ayam, kuda, dan rusa, tidak memenuhi syarat sebagai hewan kurban menurut ketentuan Islam.

Kondisi Hewan Kurban
Selain jenis hewan, kondisi fisik hewan yang akan dijadikan kurban juga harus memenuhi beberapa ketentuan agar sah untuk dikurbankan. Beberapa jenis kondisi fisik dari hewan yang akan dikurbankan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Sehat dan Tidak Cacat
Hewan yang dijadikan kurban harus dalam kondisi sehat dan tidak memiliki cacat yang mengurangi kualitas dagingnya. Cacat yang menggugurkan sahnya kurban termasuk buta pada salah satu atau kedua mata, pincang yang jelas, sakit yang jelas terlihat, dan kurus hingga tidak memiliki sumsum tulang.

Bebas dari Penyakit
Hewan yang akan dikurbankan harus bebas dari penyakit yang membuatnya tidak layak untuk dimakan. Hewan yang terkena penyakit serius atau parah tidak sah untuk dijadikan kurban.

Memiliki Ukuran dan Berat yang Cukup
Hewan kurban harus memiliki bobot dan ukuran yang cukup untuk diambil dagingnya, sehingga bisa dibagikan kepada yang berhak menerima. Hewan yang terlalu kurus atau lemah sebaiknya tidak dijadikan kurban.

Usia Hewan Kurban
Usia hewan adalah salah satu ketentuan penting yang harus dipenuhi. Dalam hal ini, ada ketentuan untuk syarat dari usia hewan kurban diantaranya :
  • Domba (Biri-biri), yaitu berusia minimal satu tahun, atau jika sudah tanggal gigi, meskipun belum mencapai satu tahun.
  • Kambing, dengan usia minimal dua tahun.
  • Sapi, yaitu berusia minimal dua tahun.
  • Unta, dengan usia minimal lima tahun.

Biasanya, pemeriksaan usia hewan sering dilakukan dengan melihat giginya. Hewan yang sudah tanggal gigi biasanya menandakan bahwa ia telah mencapai usia layak untuk dijadikan kurban.

Tata Cara Pemilihan dan Penyembelihan
Proses pemilihan dan penyembelihan hewan kurban harus dilakukan dengan cermat dan sesuai syariat Islam yaitu dengan memperhatikan hal- hal berikut ini,

Pemilihan Hewan
Dalam pemilihan hewan, sebaiknya memilih hewan yang terbaik berdasar faktor kesehatan dan ukuran, dan sesuai dengan kemampuan dari orang yang berkurban. Hewan yang dipilih sebaiknya diperiksa kesehatannya terlebih dahulu oleh dokter hewan.

Penyembelihan
Penyembelihan harus dilakukan dengan menyebut nama Allah ("Bismillah, Allahu Akbar") dan dengan pisau yang tajam agar tidak menyiksa hewan. Proses penyembelihan harus memutus saluran pernapasan, saluran makanan, dan dua urat leher hewan. Penyembelihan juga harus dilakukan di tempat yang layak dan dengan cara yang meminimalkan penderitaan hewan.

Pembagian Daging Kurban
Daging hewan kurban harus dibagi dengan proporsi tertentu yaitu :
  • Sepertiga untuk yang Berkurban: Sebagian daging boleh dikonsumsi oleh orang yang berkurban dan keluarganya.
  • Sepertiga untuk Sedekah: Sebagian lagi dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
  • Sepertiga untuk Hadiah: Sebagian lainnya bisa diberikan kepada kerabat, teman, atau tetangga sebagai hadiah.
  • Pembagian daging ini tidak hanya bertujuan untuk membantu yang membutuhkan tetapi juga mempererat hubungan sosial di dalam masyarakat.

Itulah tentang ketentuan dalam berkurban, jenis- jenis hewan kurban, bagaimana memilih hewan untuk kurban, tata cara pemilihan dan penyembelihan hewan kurban. Semoga pelaksanaan kurban tahun ini dapat membawa keberkahan dan bermanfaat bagi umat serta menjadi amal yang diterima oleh Allah Swt. Amin.

Mengenal Sai dalam Ibadah Haji dan Umrah, Sejarah dan Nilai- Nilai Luhur yang Dapat Dipetik Umat Islam

Mengenal Sai dalam Ibadah Haji dan Umrah, Sejarah dan Nilai- Nilai Luhur yang Dapat Dipetik Umat Islam

Sa’i merupakan salah satu rukun penting dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah bagi umat Islam. Dalam ibadah haji, sa’i adalah prosesi berlari kecil antara dua bukit, yaitu Shafa dan Marwah, yang dilakukan sebanyak tujuh kali. Sejatinya, sa'i menjadi kenangan dari perjuangan Siti Hajar, yaitu ibu Nabi Ismail, yang gigih mencari air untuk putranya di tengah gurun yang tandus.

Gambar oleh GLady dari Pixabay

Sejarah Sa'i
Siti Hajar adalah istri Nabi Ibrahim dan ibu dari Nabi Ismail. Setelah bertahun-tahun menanti kehadiran seorang anak, Siti Hajar akhirnya melahirkan Ismail. Namun, pada suatu ketika, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke sebuah tempat yang jauh dari pemukiman, yaitu di lembah Bakkah, yang kini dikenal sebagai Makkah.

Ketika sampai di lembah yang kering dan tandus itu, Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail dengan hanya membawa sedikit bekal air dan makanan. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim mengapa dia harus ditinggalkan di tempat yang sunyi ini. Nabi Ibrahim hanya menjawab bahwa ini adalah perintah dari Allah. Siti Hajar yang merupakan wanita yang taat beriman pun menerima hal ini dengan lapang dada, meskipun hatinya penuh kecemasan.

Perjuangan Siti Hajar Mencari Air
Ketika persediaan air yang dibawa habis, Ismail kecil menangis karena kehausan. Melihat keadaan putranya yang menangis, Siti Hajar merasa sangat sedih dan gelisah. Dalam keadaan putus asa, ia berlari dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali untuk mencari sumber air, namun tidak menemukan apapun. Bukit Shafa dan Marwah berjarak sekitar 450 meter satu sama lain, dan Siti Hajar berlari bolak-balik dengan penuh harapan bahwa Allah akan menunjukkan jalan.

Mata Air Zam- Zam yang Tak Pernah Kering
Setelah ketujuh kali berlari, ketika Siti Hajar berada di bukit Marwah, malaikat Jibril datang dan memberikan kabar gembira bahwa akan ada air di tempat kaki Nabi Ismail menghentakkan tanah. Saat Siti Hajar kembali ke tempat Ismail, ia melihat sebuah mata air kecil memancar dari bawah kaki anaknya. Inilah mata air Zamzam, yang kemudian menjadi sumber air yang tak pernah kering hingga sekarang.

Siti Hajar kemudian menggali dan membendung air tersebut dengan pasir untuk menampungnya, dan sejak saat itu, tempat tersebut menjadi sumber kehidupan di gurun yang gersang. Mata air Zamzam bukan hanya memenuhi kebutuhan mereka, tetapi juga menjadi pusat kedatangan suku-suku lain yang kemudian menetap di daerah tersebut, sehingga berkembanglah kota Makkah.

Nilai-nilai dalam Peristiwa Sa’i
Kisah Siti Hajar mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Pertama, peristiwa ini mengajarkan tentang keimanan dan kepasrahan kepada Allah. Siti Hajar menerima perintah Allah melalui Nabi Ibrahim dengan penuh kepercayaan, meskipun itu berarti berada dalam kesendirian di padang pasir yang tandus. Kepercayaan ini menunjukkan ketundukan mutlak kepada kehendak Ilahi, sebuah contoh dari keimanan yang teguh.

Kedua, kisah ini menekankan pentingnya ketekunan dan kerja keras. Usaha Siti Hajar yang berlari antara bukit Shafa dan Marwah menunjukkan bahwa meskipun dalam kondisi yang terlihat mustahil, ia tidak menyerah dan terus berusaha mencari solusi. Ini adalah teladan nyata bahwa dalam menghadapi kesulitan, seseorang harus berusaha sekuat tenaga sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Ketiga, Siti Hajar menggambarkan kasih sayang seorang ibu. Usahanya untuk mencari air adalah bentuk dari kasih yang mendalam terhadap putranya. Ia rela mengorbankan tenaga dan menghadapi bahaya untuk memastikan keselamatan Ismail. Hal ini memperlihatkan bahwa cinta seorang ibu terhadap anaknya adalah kekuatan yang luar biasa dan bisa menginspirasi tindakan heroik.

Sa’i dalam Ibadah Haji dan Umrah
Dalam ibadah haji dan umrah, Sa’i dilakukan sebagai salah satu rukun yang harus dipenuhi. Jemaah berlari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali untuk mengenang perjuangan Siti Hajar. Peristiwa ini tidak hanya menjadi ritual fisik tetapi juga spiritual, yang mengingatkan umat Islam akan pentingnya keimanan, usaha, dan ketergantungan kepada Allah dalam menghadapi berbagai ujian hidup.

Dengan mengingat kisah Siti Hajar, jemaah haji dan umrah diharapkan mampu meresapi makna yang lebih dalam dari setiap langkah yang mereka lakukan antara kedua bukit ini. Selain sebagai bentuk pengabdian, Sa’i juga memperkuat kesadaran akan sejarah dan makna di balik tradisi ini, serta menanamkan nilai-nilai luhur yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kisah Siti Hajar dan peristiwa Sa’i merupakan cerminan dari keberanian, keimanan, dan ketekunan yang abadi, memberikan pelajaran yang mendalam bagi seluruh umat manusia.
Hari Raya Idul Qurban :  Sejarah,  Hukum, Syarat, Rukun, dan Hikmahnya

Hari Raya Idul Qurban : Sejarah, Hukum, Syarat, Rukun, dan Hikmahnya

Tidak lama lagi, seluruh umat Islam akan merayakan hari raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha yang juga sering disebut sebagai hari raya kurban tersebut memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam khususnya. Nah, bagaimana sejarah kurban, hukum melaksanakannya, syarat serta rukun dan hikmahnya. Simak yaa ulasannya berikut ini, 

Pengertian Kurban
Kurban adalah ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan tertentu pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik yaitu di tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Secara etimologis, kata "kurban" berasal dari bahasa Arab "qurban," yang berarti mendekatkan diri. Dalam konteks Islam, kurban adalah upaya seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah penyembelihan hewan yang diikuti dengan pembagian dagingnya kepada orang lain.

Gambar oleh Данила Кривошеев dari Pixabay

Sejarah Kurban
Tradisi kurban dalam Islam merujuk pada peristiwa Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Menurut riwayat, Allah SWT menguji ketaatan Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya untuk menyembelih putranya yang sangat dicintainya, Ismail. Ketika Nabi Ibrahim menunjukkan kesediaannya untuk melaksanakan perintah Allah, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an, Surah As-Saffat ayat 102-107, dan menjadi dasar dari ibadah kurban.

Kisah tersebut menekankan nilai pengorbanan dan ketaatan total kepada Allah. Penggantian Ismail dengan domba menjadi simbol bahwa Allah tidak menginginkan penyembelihan manusia, melainkan ketakwaan dan kepatuhan hamba-Nya. Tradisi kurban kemudian diwariskan dan diabadikan dalam bentuk penyembelihan hewan pada Hari Raya Idul Adha oleh umat Muslim.

Hukum Kurban
Hukum kurban dalam Islam berbeda pendapat di kalangan ulama. Namun, mayoritas ulama menyepakati bahwa kurban adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi mereka yang mampu. Ini berdasarkan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan pentingnya melaksanakan kurban bagi yang memiliki kelapangan harta.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa "Barang siapa yang memiliki kelapangan (harta) namun tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." Hadits ini menunjukkan bahwa meskipun kurban bukan kewajiban, tetapi sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu melaksanakannya.

Beberapa ulama dalam berbagai mazhab, seperti mazhab Hanafi, bahkan memandang kurban sebagai wajib bagi yang mampu dan mukim (tidak sedang dalam perjalanan), berdasarkan pada dalil-dalil yang mereka yakini lebih kuat.

Syarat dan Rukun Kurban
Untuk melaksanakan ibadah kurban, terdapat beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut :

Syarat Kurban
  1. Muslim, yaitu pelaksana kurban harus seorang yang beragama Islam.
  2. Mampu. Kurban hanya diwajibkan atau dianjurkan bagi yang mampu.
  3. Hewan yang Dikorbankan. Hewan yang sah untuk kurban adalah kambing, domba, sapi, atau unta. Hewan tersebut harus mencapai usia minimal yang ditetapkan. Untuk kambing dan domba memiliki usia minimal 1 tahun, sedangkan sapi berusia minimal 2 tahun, dan unta berusia minimal 5 tahun.
  4. Hewan kurban dinyatakan sehat dan tidak Cacat. Hewan kurban harus sehat dan tidak memiliki cacat yang bisa mengurangi kualitasnya sebagai kurban.


Rukun Kurban
Adapun rukun kurban adalah sebagai berikut :
  1. Niat. Niat harus diucapkan oleh pelaksana kurban sebelum penyembelihan.
  2. Penyembelihan. Penyembelihan harus dilakukan pada waktu yang ditentukan, yaitu setelah shalat Idul Adha sampai akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). 
  3. Penyembelihan harus dilakukan oleh Muslim yang memenuhi syarat, dan penyembelihan harus sesuai dengan ketentuan syariat, yaitu memotong tiga saluran (jalan makanan, jalan nafas, dan pembuluh darah) di leher hewan.

Hikmah Kurban
Kurban memiliki sejumlah hikmah yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim yaitu :

a. Bentuk ketaatan kepada Allah
Kurban adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan pelaksanaan perintah-Nya. Ini menunjukkan kesediaan seorang Muslim untuk mengorbankan sebagian harta dan kesenangannya demi menjalankan ibadah yang telah diperintahkan.

b. Menghidupkan Sunnah Nabi Ibrahim AS
Melalui kurban, umat Muslim mengenang dan meneladani ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, yang merupakan contoh luar biasa dalam hal ketaatan kepada Allah.

c. Meningkatkan Kepedulian Sosial
Daging kurban dibagikan kepada yang membutuhkan, sehingga membantu meringankan beban mereka dan mempererat hubungan sosial dalam masyarakat. Hal ini juga menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, serta menumbuhkan solidaritas sosial.

d. Mensucikan Harta
Melaksanakan kurban merupakan bentuk pembersihan harta dari sifat-sifat kebakhilan dan keserakahan. Dengan berkurban, seorang Muslim berlatih untuk melepaskan sebagian dari harta yang mereka cintai untuk kebaikan orang lain.

e. Pengembangan Karakter
Kurban mengajarkan nilai-nilai seperti pengorbanan, keikhlasan, dan ketakwaan. Melalui tindakan kurban, seorang Muslim belajar untuk mengutamakan perintah Allah di atas keinginan pribadi dan mengembangkan karakter yang lebih baik.

f. Mendapatkan Pahala dan Keberkahan
Ibadah kurban juga merupakan sarana untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah. Setiap bagian dari proses kurban, mulai dari niat hingga penyembelihan dan pembagian daging, memiliki nilai ibadah yang dapat meningkatkan derajat keimanan seorang Muslim.

Berdasarkan uraian di atas, kurban merupakan ibadah yang memiliki sejarah mendalam dan penting dalam tradisi Islam. Bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, kurban mengajarkan nilai pengorbanan, ketaatan, dan kepedulian sosial. Dengan mematuhi syarat dan rukun yang ditetapkan, ibadah kurban menjadi cara bagi seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Melalui hikmah yang terkandung dalam kurban, umat Muslim dapat merasakan manfaat spiritual, sosial, dan moral yang mengokohkan nilai-nilai ketaatan dan kepedulian terhadap sesama. Kurban adalah ibadah yang tidak hanya berdampak pada individu yang melaksanakannya, tetapi juga pada komunitas dan masyarakat secara keseluruhan.

Semoga Bermanfaat 

Salam. 

Formulir Kontak