Hai sahabat AhzaaNet, selamat datang kembali di blog pembelajaran kami. Kali ini kita akan belajar materi sejarah tentang suatu kerajaan yang sangat terkenal di masa lalu di nusantara yaitu kerajaan Sriwijaya.
Keberadaan kerajaan Kalingga atau Holing diketahui dari berita China pada zaman dinasti Tang (618 - 906 M). Dalam berita tersebut disampaikan bahwa terdapat sebuah kerajaan yang terletak di Cho-po.
Bagian selatan kerajaan berbatasan dengan laut, sebelah utara berbatasan dengan Tahen-la (Kamboja), sebelah timur berbatasan dengan Po-li (Bali).
Para ahli kemudian memperkirakan bahwa kerajaan Kalingga terletak di Pulau Jawa. Akan tetapi, seorang Belanda yaitu Ir. Moens, menyatakan bahwa Kalingga tidak mungkin berada di Pulau Jawa karena berdasarkan lalu lintas perdagangan pada saat itu, Kalingga lebih tepat berada di Selat Malaka.
Kerajaan Mataram kuno merupakan kerajaan bercorak Hindu - Buddha yang ada di daerah Jawa Tengah di abad ke-8 Masehi. Dalam sebuah prasasti, yaitu Prasasti Canggal yang ditemukan di barat daya Kota Magelang, ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, menyebutkan tentang pembuatan sebuah lingga di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Selanjutnya, disebutkan bahwa Pulau Jawa yang kaya emas dan padi, pada awalnya diperintah oleh Raja Sanna kemudian setelah meninggal digantikan oleh saudara perempuannya yang bernama Sanaha.
Photo by Ave Calvar on Unsplash
Nama Sanjaya juga ditemukan juga dalam prasasti Mantyasih (907 M) dan Prasasti Wanua Tengah III (908 ) yang dikeluarkan oleh Raja Balitung.
Silsilah Raja- Raja yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 - 746 M)
Rakai Panangkaran Dyah Sangkara (746 - 784 M)
Rakai Panunggalan/ Panaraban (784 - 827 M)
Rakai Warak Dyah Manara (803 - 827 M)
Dyah Gula (827 - 828 M)
Rakai Garung (828 - 847 M)
Rakai Pikatan Dyah Saladu (847 - 855 M)
Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala ( 855 - 885 M)
Dyah Tagwas ( 885 M)
Rakai Panumwangan Dyah Dawendra (885 - 887 M)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887 M)
Rakai Watuhmalang Dyah Jbang ( 894 - 898 M)
Rakai Watukara Dyah Balitung (898 - 913 M)
Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram kuno memiliki strategi politik yang baik hingga dapat bertahan sampai dengan dua abad lamanya. Dalam sistem politik pemerintahan yang dijalankan, raja Mataram Kuno membangun kerajaannya dengan para Rake (gelar untuk raja- raja bawahan). Para Rake tersebut memiliki otonomi atas wilayahnya. Mereka juga biasanya memiliki keterkaitan dengan kerajaan pusat baik karena perkawinan maupun keturunan.
Namun, ketidakstabilan politik juga terjadi di masa raja Watuhumalang. Pada masa tersebut, terjadi perebutan kekuasaan antarpangeran. Kemudian dalam ketidakstabilan yang terjadi, muncullah Balitung, yang selanjutnya menjadi raja Mataram Kuno dengan gelar Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung Sri Dharmodhaya Mahachambu.
Selama pemerintahannya, kekuasaannya mencakup wilayah Jawa Tengah bagian utara hingga Jawa Timur. Penggantinya adalah Raja Daksa yang bergelar Sri Maharaja Sri Daksotama Bahubajra Pratipaksapaksaya.
Raja Daksa kemudian digantikan oleh Raja Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasanmatanuranggatunggadewa. Sang Raja naik tahta pada tahun 919 - 924 M.
Pengganti Raja Tulodhing adalah Raja Wawa yang bergelar Sri Maharaja Sri Pungkaya Dyah Wawa Sri Wajayalakonamottungga. Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui. Dalam pemerintahannya, Sang Raja dibantu oleh Mpu Sindok Sri Isanakawirma, sebagai rakaryan mahamantri i- hino. MPu Sindok inilah yang nantinya menjadi raja pada tahun 929 M.
Kehidupan Sosial
Pada awalnya, di Mataram Kuno berkembang agama Hindu. Raja Mataram kuno merupakan penganut dari agama Hindu Siwa. Agama Buddha mulai berkembang pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran inilah yang disebutkan dalam prasasti Sangkhara (sekitar abad ke-9) yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah, berpindah dari agama Hindu ke agama Buddha.
Rakai Panangkaran membangun beberapa candi, salah satunya Candi Kalasan sebagai penghormatan kepada Dewi Tara. Beberapa candi lainnya yang dibangun di masa pemerintahannya adalah Candi Plaosan Lor, Candi Sewu, dan wihara di bukit Baka. Semenjak itu, kerabat dan keluarga istana ada yang beragama Hindu dan Buddha.
Raja- raja Mataram kuno sangat memperhatikan kepentingan agama rakyatnya. Berbagai tempat peribadatan dibangun seperti Candi Borobudur, Prambanan, Candi Dieng, Candi Plaosan, dan Candi Kalasan.
Tentunya, dalam membangun tempat perubadatan tersebut, terdapat nilai- nilai kegotongroyongan yang telah diterapkan. Rakyat memiliki sikap suka bekerja sama, mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi sehingga Mataram Kuno dapat berkembang menjadi kerajaan yang besar selama ratusan tahun.
KehidupanEkonomi
Masyarakat Mataram Kuno memiliki perekonomian yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai sarana peribadatan yang dibangun dengan megahnya.
Masyarakat hidup dengan bertani, berdagang, beternak dan usaha- usaha lainnya seperti industri rumah tangga diantaranya membatik, memahat, menempa besi dan usaha berkaitan dengan kerajinan emas dan perak.
Kehidupan Budaya
Dalam hal kehidupan budaya, masyarakat Mataram Kuno memiliki kebudayaan yang tinggi. Berbagai bangunan monumental yang dibangun menunjukkan bahwa masyarakat sudah berbudaya dengan sangat baik.
Itulah tentang kerajaan Mataram Kuno dalam materi sejarah yang kami bahas kali ini. Semoga bermanfaat yaa...
Salah satu sumber yang menunjukkan keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah berita China yang disebutkan To-lo-mo dalam utusannya ke Cina antara tahun 528, 538, dan 666. Selain itu, terdapat beberapa prasasti yang terkait dengan kerajaan Tarumanegara.
Photo by Ave Calvar on Unsplash
Kerajaan Tarumanegara dapat dianggap hadir bersamaan dengan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur yaitu sekitar abad ke-5 M. Adapun raja yang terkenal dari kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman.
Ada tujuh buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta yang berhubungan dengan kerajaan Tarumanegara antara lain sebagai berikut :
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun dipahat pada sebuah batu yang besar. Isi dari prasasti ini adalah empat baris kalimat, lukisan laba- laba, dan sepasang tapak kaki manusia.
Empat baris kalimat itu jika diterjemahkan berbunyi, "Ini berkas dari dua tapak kaki dewa Whisnu, ialah kaki yang mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia. "
Prasasti Kebon Kopi
Pada prasasti Kebon Kopi ini terdapat dua tapak gajah yang disebut sebagai tapak kaki Gajah Airwata, yaitu gajah tunggangan dewa Whisnu. Sebagian besar prasasti ini tidak dapat terbaca karena beberapa bagian telah usang.
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu berisi tulisan yang apabila diterjemahkan ," gagah dan mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashur dari Sri Purnawarman yang memerintah di taruma dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota- kota musuh, dihormati para pangeran, tetapi merupakan duri bagi yang menentangnya."
Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianteun
Kedua prasasti tersebut masih belum berhasil dibaca namun dalam prasasti terdapat gambar sepasang telapak kaki manusia.
Prasasti Tugu
Prasasti tugu merupakan prasasti yang terpanjang dan terpenting dari raja Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang yang melingkar. Isi prasasti Tugu adalah sebagai berikut,
"Raja Purnawarman pada masa pemerintahannya yang ke-22 telah menggali sebuah sungai yang bernama sungai Gomati yang panjangnya 6.122 busur atau 12 km dalam waktu 21 hari di samping sungai yang sudah ada, yaitu sungai Candrabhaga (sungai Bekasi). Penggalian ini dimaksudkan untuk mengatasi bahaya banjir yang selalu melanda daerah sekitarnya. Raja memberikan hadiah berupa 1000 ekor sapi sebagai tanda terima kasihnya kepada para dewa. "
Prasasti Cidanghiang
Prasasti Cidanghiang berisi dua baris kalimat yang berbunyi, "Ini tanda keperwiraan , keagungan, dan keberanian yang sungguh- sungguh dati raja dunia yang mulia Raja Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja. "
Selain peninggalan berupa prasasti, juga ditemukan arca Rajasri yang merupakan arca tertua, dua buah arca Wishnu yang memperlihatkan persamaan dengan arca- arca yang ditemukan di semenanjung Malaya, Siam, Kamboja.
Dari prasasti dan peninggalan yang ditemukan, dapat dikatakan bahwa kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua kedua setelah kerajaan Kutai.
Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan
Berdasarkan berita dari China, bahwa kerajaan To-Lo-Mo pada tahun 528, 535, 665 dan 666 yang mengirim utusannya ke China. Dalam berita ini membuktikan bahwa ada hubungan persahabatan antarkedua negara.
Secara politis pengiriman utusan ke China dimaksudkan pula untuk menghindari gangguan atau ancaman dari negeri China. Kerajaan China dahulu beranggapan bahwa negerinya merupakan negeri pusat dimana seluruh kerajaan lain harus tunduk kepada mereka.
Dalam bidang sosial, perhatian raja terhadap kesejahteraan rakyat sangat besar. Hal ini terlihat dari isi prasasti Tugu yang isinya mengenai penggalian Sungai Gomati.
Penggalian itu diamksudkan untuk mengatasi bahaya banjir dan mengairi sawah- sawah rakyatnya, agar hasil produksi padi dan hasil pertanian lainnya dapat meningkat.
Dengan usaha raja tersebut, secara politis dapat mengangkat wibawa raja di mata rakyatnya dan dari segi ekonomi, penggalian sungai Gomati akan meningkatkan hasil pertanian rakyat sehingga rakyat semakin makmur karena ekonomi mereka semakin baik. Adapun perekonomian rakyat Tarumanegara berasal dari sektor pertanian, peternakan, dan perdagangan.
Kerajaan Tarumanegara juga berhasil dalam bidang perdagangan dan pelayaran. Hal ini karena kerajaan dikelilingi oleh sungai- sungai besar maupun laut. Dengan demikian, dapat dipastikan pula bahwa selain perekonomian rakyatnya yang baik, kebudayaan mereka juga maju. Keahlian mereka dalam membuat rakit maupun perahu tidak diragukan lagi.
Barang- barang yang diperdagangkan pada masa itu adalah gading gajah, cula badak, emas, perak, dan hasil- hasil pertanian. Adapun sarana angkutan di darat, mereka membuat gerobak- gerobak yang ditarik dengan kuda atau sapi dan kerbau.
Hal tersebut membuktikan bahwa pemerintahan raja cukup baik dan masalah sosial kemasyarakatan cukup terbina dengan baik pula. Perekonomian dan pendapatan rakyat cukup tinggi, serta kebudayaan masyarakat pun sudah sangat tinggi untuk ukuran pada masa itu.
Masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam telah membawa banyak perubahan terhadap corak kehidupan dan budaya masyarakat Indonesia. Kebudayaan sebelumnya (pra-Islam) yang sudah ada di Indonesia sebelum Islam masuk dan berkembang tidak hilang, namun malahan diperkaya oleh kebudayaan Islam yang membuat budaya semakin beraneka ragam.
Unsur- unsur budaya nusantara, pengaruh budaya Hindu-Buddha, dan kebudayaan Islam hingga saat ini masih ada dan menjadi satu, yaitu budaya masyarakat Indonesia dan masih tetap akan dipertahankan.
Sampai saat ini, perwujudan akulturasi kebudayaan antara budaya asli Nusantaara, Hindu - Buddha, dan kebudayaan Islam dapat dilihat di berbagai aspek kehidupan seperti seni bangunan, seni rupa, seni sastra, aksara dan lain- lain.
Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan terlihat jelas dari bentuk bangunan masjid, kraton dan makam. Masjid- masjid kuno di Indonesia apabila ditinjau dari arsitekturnya memiliki ciri khas yang berbeda dari masjid- masjid di negara lain.
Sumber : Dinas Pariwisata Demak
Beberapa ciri dari masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut :
Memiliki atap yang berundak (tumpang) yang merupakan prototipe seni bangunan pada zaman sebelum pengaruh Hindu- Buddha yaitu punden berundak
Tumpang memiliki jumlah yang ganjil seeprti tiga dan lima tumpang
Masjid memiliki menara yaitu tempat muazin menyerukan azan sebagai tanda waktu shalat
Letak masjid yang dekat dengan istana raja atau sultan. Selain istana raja, masjid juga dibangun di dekat keramaian masyarakat seperti alun- alun. Hal ini memberikan pemahaman bahwa masjid adalah tempat bertemunya raja dengan rakyatnya untuk bersama- sama menunaikan kewajiban agama di bawah kepemimpinan seorang imam.
Beberapa masjid khususnya di halamannya digunakan sebagai tempat pemakaman orang- orang tertentu yang dianggap kramat dengan dibuatkan rumah tersendiri yang disebut cungkup. Diantara masjid dan makam tersebut dihubungkan dengan gapura. Gapura yang dibangun ada yang berbentuk kori agung yaitu beratap dan berpintu namun ada juga yang berbentuk candi bentar yang tanpa atap dan pintu.
Unsur- unsur zaman madya, unsur asing dan unsur daerah juga memberikan corak pada bagian- bagian masjid. Hal itu dapat dilihat pada masjid berbentuk rumah gadang di Minangkabau yang atapnya tumpang tindih.
sumber gambar : https://id.wikipedia.org/
Selain itu, ada pula masjid yang bangunannya memiliki pengaruh Inggris seperti di daerah Sumenep, Madura dan Masjid Agung di Palembang yang mendapatkan pengaruh kebudayaan China serta Masjid Kebon Jeruk yang memperlihatkan corak bangunan Belanda.
Selain masjid, bangunan makam juga mengandung unsur- unsur asli budaya Indonesia. Ketika seseorang meninggal dalam Islam, kuburan tempat ia dimakamkan diabadikan dan diperkuat dengan batu. Bangunan itu disebut kijing atau jirat. Tidak berbeda dengan candi, makam dianggap sebagai tempat peristirahatan yang terakhir dan abadi sehingga diusahakan kuburan menjadi tempat tinggal yang sesuai bagi orang yang dikubur disitu. Makam orang- orang yang berpengaruh seperti sultan atau raja, dibangun seperti layaknya istana.
Beberapa tipe nisan Aceh di kompleks makam kuno Leubok Tuwe Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Makam - makam di Indonesia banyak dikunjungi oleh orang, terutama pada makam orang - orang tertentu yang dianggap kramat. Kunjungan ke makam disebut ziarah. Ziarah sebenarnya sama dengan kebiasaan lama, yaitu mengunjungi candi atau tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pemujaan itu lebih ditujukan kepada seseorang yang dianggap memiliki kelebihan daripada manusia lainnya, seperti raja, para wali, atau pemuka agama yang terkenal. Kunjungan ke makam- makam keramat dilakukan dengan membakar kemenyan, menabur bunga, merupakan kelanjutan dari kebiasaan - kebiasaan lama yakni pemiujaan terhadap arwah nenekmmoyang di candi- candi.
Seni Rupa
Di dalam agama Islam, terdapat larangan untuk melukis sesuatu makhluk hidup, terutama manusia. Oleh karena itu, seni rupa dan seni patung pada zaman permulaan masuknya Islam mengalami banyak kemunduran.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, muncul seni lukis dengan gambar binatang yang disamarkan. Dengan demikian. pada zaman madya yang berkembang adalah seni lukis dan seni ukir, sementara seni pahat terus mengalami kemunduran.
Dalam hal seni hias, pola- pola yang dibuat meniru zaman kuno, seperti daun- daunan, kembang, bukit- bukit karang, pemandangan, garis- garis geometri, kepala kijang, ular naga dan sebagainya.
Ukiran- ukiran juga nampak di bangunan seperti masjid, nisan, gapura, dan dinding- dinding masjid dengan pola huruf arab dan pola sebelum Islam.
Aksara dan Seni Sastra
Huruf arab dan bahasa arab berkembang setelah masuknya Islam di Indonesia. Banyak sastra yang disadur atau diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana merupakan hasil dari saduran sastra. Hikayat Perang Pandhawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Sri Rama dan Hikayat Pancatanderan merupakan contoh judul saduran dari gubahan cerita Mahabarata dan Ramayana.
Di daerah Melayu juga dikenal syair Ken Tambuhan, Syair Panji Semirang, Hikayat Panji Kuda Semirang, cerita wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Istilah hikayat menunjukkan pengaruh Islam karena sebelumnya istilah tersebut tidak dikenal.
Seni sastra yang mencerminkan Islam adalah suluk, yaitu kitab- kitab yang menjelaskan tentang tasawuf. Beberapa contoh kitab tasawuf adalah Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.
Suluk Sukarsa menceritakan tentang seseorang yang bernama Sukarsa yang mencari ilmu untuk kesempurnaan hidupnya. Suluk Wujil berisikan wejangan - wejangan dari Sunan Bonang kepada Wujil yaitu seorang kerdil bekas abdi kerajaan Majapahit. Suluk Malang Sumirang berisikan pengagungan orang yang telah mencapai kesempurnaan dan berhasil bersatu dengan Tuhan yang berarti ia telah terlepas dari ikatan- ikatan syariah.
Agama dan kebudayaan Islam tersebar di bumi nusantara melalui beberapa jalur. Jalur perdagangan, jalur dakwah dan pendidikan, perkawinan, maupun melalui sarana kesenian.
Photo by Ave Calvar on Unsplash
a. Jalur Perdagangan
Penyebaran agama dan kebudayaan Islam melalui perdagangan dilakukan oleh para pedagang Islam yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat. Mereka biasanya tinggal sementara di pusat perdagangan sambil menunggu angin musim yang baik untuk berlayar kembali ke negaranya.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan mereka untuk bertransaksi sekaligus memperkenalkan agama dan budaya Islam kepada penduduk pribumi nusantara.
b. Jalur Dakwah dan Pendidikan
Islam mengajarkan bahwa setiap muslim merupakan pendakwah. Para mubalig dan guru - guru agama Islam mempunyai tugas untuk menyiarkan agama Islam.
Salah satu cara mereka dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mendirikan pesantren - pesantren untuk mencetak kader agama Islam.
Di pulau Jawa, misalnya, penyiaran agama Islam dilakukan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan "Wali Sanga" atau sembilan wali. Berikut para wali yang termasuk dalam Walo Sanga tersebut,
Sunan Ampel atau Raden Rahmat dari Ampel Denta, Surabaya
Sunan Bonang atau Mahdum Ibrahim putra dari Raden Rahmat, dari Bonang, Tuban
Sunan Kalijaga atau Jaka Sayid putra seorang tumenggung Majapahit dari Kadilangu Demak
Sunan Giri putra Maulana Ishak
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah yang menikah dengan Rara Santang atau Syarifah Modarin putri Prabu Siliwangi
Sunan Drajat atau Syamsudin putra Raden rahmat atau Sunan Ampel yang tinggal di Drajat Sedayu
Sunan Maulana Magribi atau Malik Ibrahim yang berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik
Sunan Kudus dari Kudus
Sunan Muria dari Jepara
c. Jalur Perkawinan
Semakin berkembangnya perdagangan, maka semakin banyak pedagang yang menetap di wilayah nusantara untuk sementara waktu bahkan dalam kurun waktu yang lama.
Daerah - daerah mereka sering disebut sebagai pekayon. Banyak diantara pedagang Islam yang kemudian menikah dengan penduduk pribumi. Jika wanita yang dinikahi berasal dari lingkup bangsawan, maka akan berpengaruh besar dalam proses Islamisasi terhadap masyarakat.
d. Jalur Kesenian
Penyebaran Islam melalui jalur kesenian juga dinilai sangat efektif. Penyebaran melalui jalur tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pada waktu itu, kebudayaan Hindu masih sangat kuat yang menyebabkan para mubalig menempuh cara dengan memanfaatkan kesenian Hindu sebagai sarana menyiarkan agama Islam. Berbagai kesenian seperti wayang kulit, gamelan, lagu anak- anak merupakan sarana- sarana syiar agama Islam melalui jalur kesenian.
Itulah beberapa jalur penyebaran agama dan kebudayaan Islam dalam proses Islamisasi di nusantara sehingga mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga saat ini dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Semoga pembahasan di atas bermanfaat buat teman- teman yang sedang mempelajari tentang penyebaran agama Islam di nusantara.
Para ahli masih bersilang pendapat berkaitan dengan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam di Indonesia. Belum ada suatu pendapat yang pasti akan masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia.
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Beberapa pendapat mengatakan bahwa masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia terjadi sekitar abad ke-8, yaitu melalui pedagang- pedagang Islam.
Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Kegiatan perdagangan menjadi jalur utama masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang kaya akan hasil bumi menjadi daya tarik para pedagang dari berbagai bangsa.
Pedagang- pedagang dari China, India, Persia maupun Arab berdatangan ke kepulauan nusantara untuk melakukan aktivitas perdagangan. Selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional tumbuh dan berkembang dalam perdagangan antarbangsa.
Melalui selat Malaka itulah para pedagang mengunjungi berbagai tempat di Indonesia seperti Jepara, Tuban, Gresik dan tempat di timur nusantara yaitu Banjarmasin, Ambon, Gowa, dan Ternate yang dikenal sebagai pusat penghasil rempah- rempah.
Melalui perdagangan itu, para pedagang yang berasal dari Persia, Arab, dan Gujarat yang memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama dan budaya arab ke penduduk lokal Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa masuknya agama dan budaya Islam dilakukan secara damai melalui hubungan perdagangan.
Tentang kapan pastinya agama dan budaya Islam masuk ke Indonesia masih belum begitu jelas, namun yang pasti, para pedagang dari luar datang ke Indonesia melalui selat Malaka. Sejak berkembangnya kerajaan Sriwijaya, selat Malaka menjadi jalur pelayaran dan perdagangan. Pasalnya, sekitar abad ke-8, para pedagang Islam sudah berdatangan di Malaka dan Sriwijaya. Mereka menyebut Sriwijaya dengan sebutan Sribuza, Zabay, atau Zabag.
Selanjutnya, terdapat bukti dengan ditemukannya sebuah batu tulis di Leren Gresik yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Maimun, yang berangka 1082 Masehi. Hal ini menguatkan bahwa pada abad ke-11 agama Islam sudah ada di pulau Jawa dan dianut oleh beberapa orang.
Menurut Marcopolo, agama Islam sudah berkembang di nusantara pada akhir abad ke-13. Dalam perjalanannya dari Tiongkok ke negara asalnya yaitu Venesia pada tahun 1292, ia singgah di Aceh bagian utara. Di daerah Perlak, Marcopolo menjumpai penduduk yang beragama Islam dan juga para pedagang dari Gujarat yang menyebarkan agama Islam.
Keterangan dari Marcopolo tersebut juga belum dapat memastikan kapan agama Islam masuk ke wilayah nusantara. meskipun demikian, agama Islam masuk ke wilayah nusantara pada abad ke-8.
Memasuki abad ke 13, agama Islam sudah menyebar ke beberapa wilayah Sumatra, daerah pantai semenanjung Malaka dan beberapa daerah Pulau Jawa.
Teori Masuknya Islam ke Nusantara
Ada beberapa teori masuknya Islam ke nusantara yaitu sebagai berikut,
Melalui Pedagang Gujarat
Teori pertama, yaitu Islam masuk melalui pedagang Gujarat bertolak belakang dengan pendapat Marcopolo yang menyatakan bahwa ia menyaksikan banyak pedagang Gujarat yang giat menyebarkan agama Islam ketika berkunjung ke Perlak pada tahun 1292.
Pendapat tersebut diperkuat dengan adanya batu nisan Sultan Malik Al Saleh yang di datangkan dari Gujarat. Oleh masyarakat setempat, batu nisan tersebut disebut jaratan yang kemungkinan berasal dari nama Gujarat.
Masuknya Islam melalui Pedagang Persia
Pendapat kedua masuknya Islam ke nusantara melalui pedagang Persia dikemukakan oleh Umar Amir Husein dengan alasan bahwa ada kesamaan suku Laren dan Jawi seperti halnya di Persia. Ada kemungkinan bahwa kedua suku tersebut yang mengajarkan huruf arab di pulau jawa yang dikenal sebagai huruf arab pegon.
Ahli lain yang mendukung pendapat ini, Husein Jayadiningrat, mengemukakan bahwa pasangan dalam bahasa arab disebut Jabar-jer, dimana istilah ini termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa arab disebut fathah kasrah. Selain itu, pada bulan Muharram, Husein, putera Ali meninggal di Karbala.
Di Persia, upacara meninggalnya Husein ditandai dengan mengarak peti yang disebut tabut. OLeh karena itu, bulan Muharram disebut sebagai bulan tabut, yang mana masyarakat Aceh dan Minangkabau juga menyebut seperti itu. Hal ini menguatkan adanya pengaruh Persia.
Masuknya pedagang melalui pedagang Arab atau Mesir
Hamka, seorang tokoh Islam berpendapat bahwa Islam masuk ke nusantara melalui arab atau mesir. Ada dua alasan yang dikemukakan untuk menguatkan teori tersebut yaitu :
a. Raja- raja Samudra Pasai menganut Madzhab Syafi'i. Adapun penganut mazhab Syafi'i adalah masyarakat Mesir dan Makkah. Jika agama Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia, maka pastilah banyak masyarakat Indonesia yang menganut aliran Syiah seperti di Persia atau bermazhab Hanafiah seperti di India.
b. Gelar al Malik yang digunakan oleh raja- raja Samudra Pasai, berasal dari Mesir, sementara itu gelar Syah yang berasal dati Persia, baru digunakan oleh raja Malaka pada awal abad ke-15.
Nah, ketiga pendapat atau teori tersebut memiliki alasan yang kuat. Para pedagang, baik dari arab, Persia maupun Gujarat, sama- sama memiliki peranan yang penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah nusantara.
Itulah tentang teori- teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Semoga pembahasan ini dapat memberikan tambahan referensi buat teman- teman yang sedang mempelajari materi ini.
Masa berburu dan mengumpulkan bahan makanan telah berakhir dan berganti dengan masa bercocok tanam di akhir zaman mesolitikhum. Pada masa bercocok tanam, manusia mulai mengenal bagaimana menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing). Masa ini menggantikan kebiasaan berburu dan mengumpulkan makanan di era sebelumnya.
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Cara Bercocok Tanam
Cara bercocok tanam yang pertama kali dilakukan adalah dengan cara berhuma, yaitu menebangi hutan, kemudian menanami dengan jenis padi, ubi kayu, dan ubi jalar. Sistem berhuma ini membuat masyarakat mendiami daerah dengan jangka yang agak lama.
Pada masa inilah mulai berkembang perkampungan- perkampungan dan kemudian terbentuk kesatuan- kesatuan suku, marga yang masing- masing dipimpin oleh kepala suku yang dipilih berdasarkan prinsip primus inter pares. Prinsip primus inter pares diartikan sebagai yang pertama di antara yang setara.
Kehidupan masyarakat makin teratur dan mulai terbentuk kerja sama dan gotong royong dari para anggotanya. Pembagian kerja mulai jelas dan meluas sehingga terbentuk kelompok masyarakat dengan keahlian masing- masing.
Masyarakat selain bercocok tanam di sawah juga sudah mengenal cara- cara mengawetkan makanan. Mereka seringkali memberikan garam atau ramuan tertentu pada daging dan ikan segar agar dapat bertahan lebih lama.
Kegiatan perekonomian
Kegiatan perekonomian semakin kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan pertanian, perdagangan, dan pelayaran yang semakin maju. Pola kehidupan masyarakat pun semakin beragam dan makmur.
Peninggalan Budaya Berupa Alat
Kemakmuran masyarakat prasejarah pada masa bercocok tanam dapat dibuktikan dengan beberapa peninggalan budaya yang bermacam- macam. Beberapa peninggalan budaya yang pernah diciptakan adalah kapak persegi, beliung, kapak lonjong, gerabah dan bajak. Alat- alat tersebut sudah terbuat dari logam.
Peninggalan Bangunan
Selain peninggalan budaya berupa alat- alat di atas, terdapat pula peninggalan berupa bangunan. Hal ini memberikan bukti bahwa masa bercocok tanam mulai mengenal tradisi megalitikum atau bangunan- bangunan yang dibuat dengan batu besar atau utuh (megalith).
Bangunan megalitikum dibuat untuk menghormati arwah nenek moyang. Beberapa bangunan megalitikum yang dapat ditemukan adalah seperti menhir, sarkofagus, dolmen, peti kubur batu, punden berundak, waruga dan arca.
a. Menhir
Menhir merupakan sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara mengjormati roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatra selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
b. Sarkofagus
Sarkofagus merupakan peti mayat yang banyak ditemukan di Bali.
c. Dolmen
Dolmen adalah peti mayat yang berfungsi sebagai peti mayat maupun sebagai meja sesaji. Dolmen dapat dianggap sebagai sarana pemujaan. Dolmen ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur.
d. Peti Kubur Batu
Peti kubur batu merupakan peti mayat, hanya bentuknya berbeda dengan Dolmen dan Sarkofagus. Dolmen dan sarkofagus dibuat dengan batu utuh, sedangkan peti kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menyerupai peti. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
e. Punden Berundak- undak
Punden berundak undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara berundak- undakan atau bertingkat. Punden berundak- undak ditemukan di daerah Lebak, Banten Selatan.
f. Waruga
Waruga adalah peti kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi tengah dan Sulawesi Utara.
g. Arca
Arca terbuat dari batu utuh, yang ada menyerupai hewan atau manusia. Arca banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kehidupan masyarakat prasejarah di nusantara dibagi menjadi dua tahapan yaitu
zaman dimana kehidupan masyarakat menggantungkan hidupnya dengan berburu dan
mengumpulkan makanan kemudian dilanjutkan dengan masa yang lebih maju dimana
masyarakat mulai bercocok tanam dalam mempertahankan hidupnya.
Photo by Ave Calvar on Unsplash
Nah, pada pembahasan materi sejarah kali ini, kita akan belajar tentang
kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan di masa
prasejarah.
Masyarakat prasejarah di nusantara pada mulanya hidup dengan bebruru dan
mengumpulkan makanan (food gathering). Hal tersebut disebabkan keadaan
lingkungan dan fisik manusia prasejarah yang belum sesempurna manusia
sekarang. Manusia pada masa itu sangat sederhana sekali cara berpikirnya dan
belum dapat berkomunikasi layaknya manusia di masa sekarang.
Pertumbuhan Penduduk Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan
Makanan
Tantangan alam berupa iklim, gempa bumi, banjir berpengaruh terhadap jumlah
mereka yang terbatas. Angka kematian sangat tinggi yang tidak diimbangi oleh
angka kelahiran menyebabkan laju pertumbuhan penduduk berjalan lambat.
Alam menjadi tumpuan kehidupan masyarakat prasejarah di masa berburu dan
mengumpulkan makanan. Mereka memperoleh makanan langsung dari alam dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan. Hidup mereka mengembara dari satu tempat ke
tempat lainnya (nomaden).
Tempat Tinggal Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Mereka mencari daerah yang aman dari terpaan hujan, terik matahari dan hawa
yang dingin namun tidak terlalu jauh dari sumber air seperti sungai, danau,
dan sumber lainnya. Mereka juga tinggal di gua- gua sebagai tempat tinggal
sementara. Gua- gua yang dipilih biasanya terletak di lereng- lereng bukit
yang terjal. Mereka menggunakan tangga yang dapat ditarik ke dalam gua apabila
ada bahaya yang mengancam.
Dalam berburu dan mengumpulkan makanan, mereka menggunakan alat yang terbuat
tulang, batu, tanduk dan kayu. Adapun peralatan yang dipakai seperti kapak
genggam, tombak, panah, dan alat- alat serpih. Alat- alat yang digunakan masih
berbentuk kasar dan tidak diasah. Selain alat- alat, mereka juga mengenal
perhiasan yang terbuat dari batu dan kerang seperti anting, kalung dan
gelang.
Komunikasi Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masyarakat prasejarah belum mengenal bahasa, dan untuk berkomunikasi
antarsesama, mereka menggunakan bahasa isyarat yang berupa teriakan atau
pekikan yang disertai dengan gerakan- gerakan tangan. Hal inilah yang membuat
perkembangan budaya masyarakat sangat lambat.
Sebagai alat transportasi, mereka membuat rakit dan sampan dari bambu untuk
menyusuri tepi sungai dan pantai.
Budaya Rohani Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan
makanan sudah mengenal budaya rohani yaitu kepercayaan terhadap arwah nenek
moyang. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan lukisan telapak tangan dan babi
rusa yang pada bagian jantungnya tertancap panah pada dinding- dinding gua
bekas tempat tinggal.
Lukisan tersebut ditemukan di Sulawesi Selatan pada tahun 1950 oleh C.H.M
Heeren Palm. Lukisan yang ditemukan menyimbolkan pemujaan terhadap roh nenek
moyang agar berhasil bila berburu.
Kepercayaan dari masyarakat adalah animisme, dinamisme, dan toteisme. Animisme
merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan dinamisme merupakan
kepercayaan terhadap benda- benda yang dianggap memiliki roh gaib. Totemisme
merupakan pemujaan terhadap binatang yang dianggap suci atau keramat.
Untuk memahami pembahasan di atas, yuk dicoba kerjakan soal- soal berikut
ini,
1. Berikut ini yang menjadi penyebab masyarakat prasejarah hidup dengan
berburu dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. keadaan lingkungan yang tidak menentu
B. fisik masyarakat yang belum sesempurna masyarakat modern
C. Cara berpikir yang tidak jelas
D. jawaban A dan B benar
E. jawaban A, B dan C benar
2. Angka pertumbuhan penduduk pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh ....
A. sering terjadi perang antarsuku
B. Tantangan alam yang keras
C. angka kematian yang tinggi tidak diimbangi angka kelahiran yang
rendah
D. jawaban A dan B benar
E. jawaban B dan C benar
3. Gambaran kehidupan masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan
adalah ....
A. hidup menetap
B. hidup berpindah pindah
C. hidup dengan berperang
D. hidup secara terpisah
E. hidup di dalam hutan
4. Tempat tinggal masyarakat di masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
....
A. hutan- hutan yang lebat
B. gua- gua yang ada di bukit terjal
C. gunung- gunung yang tinggi
D. tepi ladang
E. dekat sumber makanan
5. Berikut ini contoh alat yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu
dan mengumpulkan makanan adalah ....
A. kapak perimbas
B. kapak lonjong
C. kapak genggam
D. panah perunggu
E. kapak perunggu
6. Untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat, mereka menggunakan ....
A. simbol api
B. simbol asap
C. komunikasi biasa
D. teriakan dan pekikan
E. semua jawaban benar
7. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di masa berburu dan
mengumpulkan makanan adalah ....
A. gerobak
B. kuda
C. sapi
D. rakit dan sampan
E. babi rusa
8. Budaya rohani yang sudah dikenal di dalam masyarakat di masa berburu dan
mengumpulkan makanan adalah ....
A. menyembah dewa- dewa
B. merayakan hari keagamaan
C. memuja roh nenek moyang
D. mengkeramatkan tempat tertentu
E. mensucikan suatu tempat
9. Pemujaan terhadap roh nenek moyang dilakukan oleh masyarakat di masa
berburu dan mengumpulkan makanan dengan tujuan ....
A. bersyukur atas nikmat yang diberikan
B. harapan agar berhasil ketika berburu
C. menganggap benda memiliki kekuatan
D. menganggap suci dan keramat suatu binatang tertentu
E. menganggap roh nenek moyang ada diantara mereka
10. Lukisan telapak yangan dan babi rusa yang bagian jantungnya tertancap
panah ditemukan di wilayah ....
A. Kalimantan Barat
B. Sulawesi Selatan
C. Nusa Tenggara Timur
D. Maluku Utara
E. Sulawesi Tenggara
11. Masyarakat memiliki kepercayaan animisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan
E. kepercayaan terhadap tempat suci
12. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut ajaran
dinamisme yaitu ....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan
E. kepercayaan terhadap tempat suci
13. Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan juga menganut toteisme yaitu
....
A. kepercayaan terhadap roh nenek moyang
B. kepercayaan terhadap benda- benda yang memiliki roh gaib
C. kepercayaan terhadap binatang yang dianggap suci
D. kepercayaan terhadap tumbuhan yang memiliki kekuatan
E. kepercayaan terhadap tempat suci
Demikian Materi Sejarah SMA : Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan pada Masa Prasejarah. Semoga pembahasan di atas bermanfaat untuk semuanya.
Zaman prasejarah secara umum diartikan sebagai zaman dimana manusia belum mengenal tulisan dan zaman sejarah merupakan zaman dimana manusia sudah mengenal tulisan. Ciri- ciri zaman prasejarah dapat dilihat dari cara masyarakatnya dapat mempertahankan hidupnya. Sementara corak kehidupan prasejarah dilihat dari tingkat peradaban yang dimilikinya.
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Pengertian Prasejarah dan Sejarah
Pengertian Prasejarah
Prasejarah dalam bahasa Inggris berasal dari kata prehidtory. Pre yang artinya sebelum dan history artinya sejarah. Zama prasejarah seringkali disebut sebagai zaman nirleka, yang artinya zaman sebelum adanya tulisan.
Kita dapat mengetahui kehidupan masyarakat prasejarah setelah para arkeolog melakukan penggalian dan penelitian terhadap benda- benda purbakala baik yang berupa fosil maupun artifak.
Fosil merupakan sisa- sisa kehidupan yang terpendam di dalam tanah dan telaj membatu akibat proses kimiawi. Fosil dapat berupa tulang manusia, hewan, dan sisa- sisa tumbuhan.
Sedangkan artifak merupakan peralatan atau perkakas buatan masyarakat prasejarah yang biasanya terbuat dari batu, tulang hewan, logam maupun kayu.
Paleontologi merupakan ilmu yang berperan dalam penelitian fosil. Paleontologi berasal dari kata plaios yang artinya tua, onto yang artinya kehidupan dan logos artinya ilmu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa paleontologi merupakan ilmu yang meneliti kehidupan zaman tua.
Paleontologi memiliki beberapa cabang ilmu yang membantu dalam kegiatan penelitiannya, yaitu :
arkeologi, yaitu ilmu yang mempelajari peninggalan- peninggalan sejarah dan purbakala yang digunakan untuk merekonstruksi atau menyusun kembali kehidupan manusia pada masa lampau.
antropologi budaya, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dan aspek kebudayaan.
geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan bumi dan batuannya.
palae-antropologi yaitu cabang ilmu antropologi yang mempelajari asal-usul terjadinya perkembangan manusia dengan objek penyelidikan sisa- sisa fosil manusia purba.
botani, yaitu ilmu yang menyelidiki fosil serbuk bunga untuk mengenali tetumbuhan masa lampau, sekaligus mengambil kesimpulan tentang iklim di masa itu.
fisika, terutama fisika atom, yaitu ilmu yang digunakan untuk emnentukan waktu secara cermat dengan mengukur hasil pelapukan isotop unsur radioaktif tertentu.
kimia, yaitu ilmu dengan aneka ragam teknik untuk menganalisa bahan biologi, terutama anatomi perbandingan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan anatra organisme yang masih dekat kekerabatannya.
Pengertian Sejarah
Sejarah memiliki tiga aspek pokok, antara lain sebagai berikut,
Sejarah sebagai peristiwa
Dalam aspek ini, sejarah ditempatkan sebagai kejadian atau fakta yang benar- benar telah terjadi di masa lampau. Dari kejadian pada masa lampau tersebut dapat disimak bagaimana pola hidup masyarakat di masa itu.
Sejarah sebagai kisah
Sejarah menurut sudut pandang ini, ditempatkan sebagai cerita atau narasi yang disusun berdasarkan ingatan, kesan terhadap peristiwa di masa lampau.
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu ditempatkan sebagai pengetahuan tentang epristiwa masa lampau yang disusun menurut sistematika dan metode pengkajian ilmiah atau metode sejarah yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau secara objektif.
Jadi, secara umum, sejarah mulai ada sejak manusia mulai hidup di atas permukaan bumi. Ketika kita membahas tentang sejarah, maka akan dijelaskan tentang kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya baik yang berlangsung pada masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang.
Secara khusus, sejarah diartikan sebagai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Masyarakat yang hidup di masa itu sudah mengenal tulisan. Oleh karenanya, zaman sejarah disebut sebagai zaman setelah manusia telah mengenal tulisan.
Sumber sejarah
Sumber sejarah merupakan bukti pengungkapan dari peristiwa atau kejadian di masa lalu. Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer merupakan sumber sejarah yang berupa data langsung atau kesaksian, laporan dari seseorang yang secara langsung menyaksikan atau mengalami langsung suatu peristiwa. Sumber primer sejarah dapat berupa catatan- catatan, , alat- alat atau benda- benda yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Sementara itu, sumber primer, merupakan sumber sejarah yang berupa laporan atau tulisan- tulisan dari seseorang mengenai suatu peristiwa, namun ia sendiri tidak mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa itu.
Ditinjau dari wujudnya, sumber sejarah dapat dibagi atas sumber lisan, sumber tertulis, sumber benda dan sumber audiovisual.
Sumber lisan, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan dari seseoranga atau beberapa orang yang menyaksikan secara langsung atau mengalami langsung suatu peristiwa.
Sumber tertulis, merupakan sumber sejarah yang berupa keterangan tertulis mengenai suatu peristiwa atau kejadian, misalnya, prasasti, babad, naskah kuno, dan buku.
Sumber benda, merupakan sumber sejarah yang berupa alat- alat, artifak, atau fosil.
Sumber audiovidual merupakan sumber sejarah yang merupakan hasil rekaman dari media elektronika misalnya kaset dan rekaman video dari peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Itulah pembahasan tentang zaman prasejarah dan zaman sejarah, pengertian dan sumber- sumber sejarahnya. Semoga bermanfaat.