Ahzaa.Net: Perangkat Ajar
Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Seni Rupa SMA, Berikut Contoh dan Tautan Unduhnya

Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Seni Rupa SMA, Berikut Contoh dan Tautan Unduhnya

Penyusunan Modul Ajar (MA) pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) pada mata pelajaran seni rupa di jenjang SMA harus memasukkan beberapa dimensi profil lulusan. Pasalnya, dimensi profil lulusan inilah yang menjadi karakteristik pada penerapan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) di kurikulum merdeka. 

Perangkat Pembelajaran Seni Rupa SMA/MA

Konsep yang dapat diterapkan pada pembelajaran mendalam di mapel seni rupa di jenjang SMA meliputi eksplorasi makna di balik karya seni, kaitan antara seni dengan isu- isu terkini seperti sosial, budaya, dan lingkungan serta pengembangan identitas dan ekpresi diri. Siswa juga diajak untuk berpikir kritis dan reflektif terhadap proses kreatif. 

Pada modul ajar yang disusun, guru dapat memperhatikan beberapa karakteristik pembelajaran mendalam di mapel seni rupa diantaranya project based learning dimana siswa dapat menciptakan karya seni sebagai sebuah solusi atau respon terhadap isu- isu terkini. Karya seni yang dibuat tidak hanya berorientasi pada hasil saja, namun juga berbasis pada proses dimana terdapat penekanan pada eksplorasi karya, refleksi dan revisi karya tersebut. 

Karya seni yang dibuat juga dapat dihubungkan dengan bidang ilmu lainnya. Siswa pun juga diberikan keleluasaan untuk bereksplorasi secara personal sesuai dengan gaya masing- masing. 

Nah, sebagai gambaran modul ajar (MA) seni rupa berbasis pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) di jenjang SMA, berikut ini contoh modul ajar (MA) yang dapat teman- teman perhatikan, 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : SENI RUPA
UNIT 2 MENGAMATI DAN MENDESKRIPSIKAN KARYA SENI RUPA

A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah :
Nama Penyusun :
Mata Pelajaran : Seni Rupa
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran (3 Pertemuan @ 2 JP)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Pengetahuan Awal:
  • Peserta didik umumnya memiliki pengalaman mengamati berbagai objek visual dalam kehidupan sehari-hari (gambar, foto, iklan, benda-benda di sekitar).
  • Mereka mungkin sudah mengenal beberapa jenis karya seni rupa (lukisan, patung, fotografi, desain grafis) secara umum, namun belum memahami elemen-elemen dasar seni rupa (garis, bentuk, warna, tekstur) secara mendalam atau bagaimana elemen-elemen tersebut membentuk suatu karya.
  • Pemahaman tentang konteks sejarah atau budaya di balik sebuah karya seni rupa kemungkinan masih terbatas.

Minat:
  • Minat terhadap seni rupa bervariasi. Beberapa peserta didik mungkin memiliki hobi menggambar/melukis, sementara yang lain mungkin lebih tertarik pada seni digital atau instalasi.
  • Membawa contoh karya seni rupa yang relevan dengan minat mereka (misalnya, ilustrasi komik, desain fashion, mural jalanan) dapat meningkatkan minat.
  • Kesempatan untuk mengemukakan pendapat, berdiskusi, dan berkreasi visual (walaupun sederhana) akan sangat menarik.

Latar Belakang:
  • Peserta didik berasal dari latar belakang yang beragam, sehingga eksposur terhadap jenis karya seni rupa juga bervariasi (seni tradisional, seni modern, seni pop kultur).
  • Beberapa mungkin pernah mengunjungi pameran seni atau galeri, sementara yang lain mungkin hanya terpapar seni melalui media sosial.
  • Kebutuhan Belajar:
  • Visual: Membutuhkan banyak contoh gambar/foto karya seni rupa dari berbagai periode, gaya, dan budaya. Video dokumenter tentang seniman atau proses berkarya.
  • Auditori: Membutuhkan penjelasan yang jelas, diskusi kelompok, mendengarkan presentasi analisis karya, dan sesi tanya jawab.
  • Kinestetik: Membutuhkan aktivitas observasi langsung (jika ada karya seni di sekitar sekolah), membuat sketsa cepat, atau melakukan eksperimen sederhana dengan elemen seni rupa.
  • Diferensiasi: Perlu adanya variasi dalam jenis karya yang diamati (misalnya, seni dua dimensi vs. tiga dimensi), tingkat kedalaman deskripsi/analisis (identifikasi elemen vs. interpretasi makna), dan cara menyajikan hasil observasi (tulisan, lisan, visual).

B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Jenis Pengetahuan yang Akan Dicapai:
  • Konseptual: Pemahaman tentang definisi seni rupa dan fungsinya, elemen-elemen dasar seni rupa (garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, gelap-terang), prinsip-prinsip desain (keseimbangan, proporsi, irama, kesatuan), serta pengelompokan perkembangan seni rupa (tradisional, modern, kontemporer).
  • Prosedural: Kemampuan mengamati sebuah karya seni rupa secara detail, mengidentifikasi elemen dan prinsip seni rupa yang digunakan, mendeskripsikan karya secara objektif dan subjektif, serta mengaitkan karya dengan konteks budaya/sejarah.
  • Metakognitif: Apresiasi terhadap seni rupa sebagai bentuk ekspresi manusia, kesadaran akan pentingnya observasi dalam kehidupan, dan keberanian untuk menginterpretasi serta mengemukakan pendapat tentang karya seni.

Relevansi dengan Kehidupan Nyata Peserta Didik:
  • Meningkatkan kemampuan literasi visual dalam mengamati berbagai gambar, iklan, desain produk, atau lingkungan sekitar secara lebih mendalam.
  • Membantu mereka memahami pesan visual yang disampaikan dalam berbagai media.
  • Mengembangkan kepekaan estetik dan apresiasi terhadap keindahan di sekitar.
  • Memberi dasar bagi mereka yang tertarik pada bidang kreatif (desain, arsitektur, fotografi, dll.).
  • Memahami seni sebagai cerminan masyarakat dan budaya.

Tingkat Kesulitan: Materi ini memiliki tingkat kesulitan menengah. Mengidentifikasi elemen dasar mungkin mudah, tetapi mendeskripsikan secara objektif, menganalisis hubungan antar elemen, dan menafsirkan makna membutuhkan penalaran kritis dan kepekaan yang lebih dalam.

Struktur Materi: Materi akan disajikan secara sistematis: dimulai dari pengenalan definisi dan fungsi seni rupa, dilanjutkan dengan pengenalan elemen dan prinsip seni rupa sebagai "bahasa visual", kemudian praktik mengamati dan mendeskripsikan karya, hingga mengaitkan karya dengan konteks perkembangan seni rupa.

Integrasi Nilai dan Karakter:
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Mensyukuri kemampuan melihat dan mengapresiasi keindahan ciptaan Tuhan melalui seni rupa.
  • Kewargaan: Menghargai keragaman seni rupa tradisional dan modern dari berbagai budaya di Indonesia dan dunia.
  • Penalaran Kritis: Menganalisis elemen visual, menafsirkan makna, dan mengevaluasi kualitas karya seni rupa.
  • Kreativitas: Mengembangkan cara pandang baru dalam mengamati, serta menghasilkan deskripsi yang imajinatif.
  • Kolaborasi: Berdiskusi dan berbagi pandangan tentang karya seni dalam kelompok.
  • Kemandirian: Mencari referensi karya seni secara mandiri, mengembangkan perspektif pribadi.
  • Komunikasi: Mengekspresikan hasil pengamatan dan interpretasi secara lisan maupun tulisan.
  • Estetika: Mengembangkan kepekaan terhadap keindahan visual dan harmoni.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
Berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi, dimensi lulusan pembelajaran yang akan dicapai adalah:
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Peserta didik mampu mengagumi dan mensyukuri anugerah indra penglihatan dan kemampuan berkreasi yang merefleksikan kebesaran Tuhan.
  • Kewargaan: Peserta didik mampu menghargai dan melestarikan warisan seni rupa budaya bangsa serta menghormati karya seni dari berbagai budaya dunia.
  • Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis elemen-elemen dan prinsip-prinsip seni rupa pada sebuah karya serta mengaitkannya dengan konteks penciptaannya.
  • Kreativitas: Peserta didik mampu mengeksplorasi berbagai cara pandang dalam mengamati dan mendeskripsikan karya seni rupa, serta mengembangkan ide deskripsi yang unik.
  • Kolaborasi: Peserta didik mampu bekerja sama dalam kelompok untuk mengamati, mendiskusikan, dan menyajikan deskripsi karya seni rupa.
  • Kemandirian: Peserta didik memiliki inisiatif untuk mencari, mengamati, dan mempelajari berbagai karya seni rupa secara mandiri.
  • Komunikasi: Peserta didik mampu mendeskripsikan dan mempresentasikan hasil pengamatan dan interpretasi mereka tentang karya seni rupa secara jelas dan efektif.
....

Modul Ajar (MA) seni Rupa di atas merupakan contoh dari salah satu dokumen pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning). Teman- teman dapat mengunduh dokumen lengkap melalui dokumen berikut :

Semoga bermanfaat

Salam.
Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI-BP) SMA, Berikut Contoh dan Tautan Unduhnya

Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI-BP) SMA, Berikut Contoh dan Tautan Unduhnya

 Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi salah satu pendekatan yang dinilai sesuai untuk mengiringi kurikulum merdeka. Pendekatan ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI-BP). 

Dalam penerapannya, pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) di mapel PAI-BP dapat menjadi sebuah strategi dalam pembentukan karakter, pemahaman nilai dan aspek spiritual siswa secara reflektif maupun spiritual. 

Perangkat Pembelajaran PAIBP

Prinsip pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk mapel PAI-BP menekankan pada pemusatan pada makna dan refleksi, berbasis pengalaman dan projek, dan mendorong pemikiran kritis dan empati. 

Siswa dalam pembelajaran dapat diajak utnuk memahami nilai- nilai agama Islam sesuai dengan keadaan dan realita dalam kehidupan sehari- hari, jadi bukan hanya sekedar menghafal. 

Selain itu, pembelajaran dapat dikaitkan dengan projek- projek sosial yang nyata di sekitar mereka, studi kasus maupun praktik ibadah yang bermakna. 

Selanjutnya, guru dapat megajak para siswa untuk berdialog, menganalisis isu- isu terkini terkait keagamaan, dan memahami keberagaman secara bijak. 

Sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, teman- teman dapat menerapkan beberapa strategi pembelajaran berbasis pembelajaran mendalam. Sebagai contoh, dalam strategi proyek berbasis nilai, siswa dapat membuat kampanye digital terkait dengan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari- hari. Selain itu strategi dialog dapat dilakukan dengan diskusi kelompok tentang menjaga akhlak di era digital. 

Pada strategi studi kasus secara nyata, siswa dapat menganalisis kasus nyata yang berkaitan dengan toleransi antarumat beragama di Indonesia dan mengaitkannya dengan nilai- nilai Islam. Semua strategi dapat diintegrasikan dengan teknologi yang siswa kuasai. 

Nah, teman- teman, untuk menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam, salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan cara menyusun modul ajar (MA) berdasarkan CP dan ATP. Berikut ini salah satu contoh Modul Ajar PAI-BP kurikulum merdeka dengan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning). 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
BAB : 1 MERAIH KESUKSESAN DENGAN KOMPETISI DALAM KEBAIKAN DAN ETOS KERJA



A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (8 x 45 menit)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
  • Pengetahuan Awal: Peserta didik umumnya sudah memiliki pengetahuan dasar tentang Al-Qur'an dan Hadis. Sebagian besar mungkin sudah terbiasa membaca Al-Qur'an, meskipun tingkat kefasihan dan pemahaman tajwid bervariasi. Mereka mungkin juga sudah pernah mendengar atau memahami konsep "kebaikan" dan "kerja keras" dalam kehidupan sehari-hari, namun belum tentu mengaitkannya secara mendalam dengan dalil syar'i dan implementasinya dalam konteks kompetisi positif serta etos kerja yang produktif.
  • Minat: Minat peserta didik terhadap materi ini bisa tinggi jika dikaitkan dengan tujuan hidup mereka, seperti meraih kesuksesan di sekolah, masa depan karier, atau kontribusi kepada masyarakat. Mereka mungkin tertarik pada kisah-kisah inspiratif tokoh Muslim yang sukses berkat etos kerja dan kompetisi dalam kebaikan.
  • Latar Belakang: Peserta didik berasal dari latar belakang keluarga dan sosial yang beragam, dengan berbagai tingkat pemahaman dan praktik keagamaan. Beberapa mungkin memiliki lingkungan yang sangat mendukung kegiatan keagamaan, sementara yang lain mungkin perlu motivasi lebih. Pengalaman mereka dalam berkompetisi (baik di akademik, olahraga, maupun seni) dan pengalaman dalam bekerja (tugas sekolah, membantu di rumah, atau pekerjaan paruh waktu) akan memengaruhi perspektif mereka.

Kebutuhan Belajar:
  • Peserta didik yang visual akan terbantu dengan tayangan video murottal, infografis peta konsep, atau visualisasi kisah inspiratif.
  • Peserta didik yang auditori akan diuntungkan dengan metode talaqqi, peer teaching, diskusi, atau mendengarkan ceramah/podcast.
  • Peserta didik yang kinestetik akan sangat terbantu dengan praktik menulis ayat, role-playing, atau simulasi kompetisi kebaikan.
  • Diferensiasi diperlukan untuk tingkat hafalan dan tajwid yang berbeda, serta untuk mengakomodasi minat mereka dalam menerapkan konsep ini di berbagai bidang kehidupan.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Jenis Pengetahuan yang Akan Dicapai:
  • Konseptual: Memahami makna dan kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 dan Q.S. at-Taubah/9: 105, serta hadis terkait kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja. Memahami konsep fastabiqul khairat dan amal saleh.
  • Prosedural: Mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil dan tajwid yang benar, menghafal ayat-ayat dan hadis, serta mampu merumuskan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Metakognitif: Mampu merefleksikan makna kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja dalam konteks diri sendiri, masyarakat, dan masa depan, serta mampu mengevaluasi perilaku diri terkait nilai-nilai tersebut.
  • Relevansi dengan Kehidupan Nyata Peserta Didik: Materi ini sangat relevan untuk membentuk karakter peserta didik agar memiliki semangat juang, daya saing yang sehat, dan etos kerja yang tinggi untuk meraih kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat. Ini juga membekali mereka dengan nilai-nilai positif dalam menghadapi persaingan di era global.
  • Tingkat Kesulitan: Cukup menantang karena melibatkan aspek hafalan, pemahaman tafsir yang mendalam, dan yang terpenting adalah internalisasi nilai-nilai untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek tajwid juga memerlukan ketelitian.
  • Struktur Materi: Dimulai dengan pengenalan dalil naqli (Q.S. al-Maidah/5: 48, Q.S. at-Taubah/9: 105, dan Hadis), dilanjutkan dengan memahami makna dan kandungan ayat/hadis, kemudian meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, dan diakhiri dengan implementasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dampak positifnya.
Integrasi Nilai dan Karakter (Profil Pelajar Pancasila):
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Mensyukuri nikmat Al-Qur'an, memahami dan mengamalkan ajaran agama, serta berakhlak mulia dalam berkompetisi dan bekerja.
  • Bernalar Kritis: Menganalisis makna ayat dan hadis, serta mengevaluasi perilaku diri dan orang lain terkait kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja.
  • Kreativitas: Merumuskan ide-ide penerapan kompetisi kebaikan dan etos kerja dalam konteks yang beragam.
  • Kolaborasi: Bekerja sama dalam kegiatan diskusi, peer teaching, atau proyek kebaikan.
  • Kemandirian: Berinisiatif dalam belajar, menghafal, dan menerapkan nilai-nilai tanpa bergantung sepenuhnya pada orang lain.
  • Komunikasi: Mampu menyampaikan pemahaman, argumen, dan hasil refleksi dengan baik.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Peserta didik menunjukkan perilaku fastabiqul khairat dan etos kerja sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah SWT.
  • Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48, Q.S. at-Taubah/9: 105, dan Hadis, serta mengaitkannya dengan fenomena kompetisi dan etos kerja di masyarakat.
  • Kreativitas: Peserta didik mampu merumuskan ide-ide konkret untuk menerapkan semangat kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja dalam berbagai aspek kehidupan.
  • Kolaborasi: Peserta didik mampu bekerja sama secara positif dalam diskusi atau kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  • Kemandirian: Peserta didik menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab dalam belajar, menghafal, dan menerapkan nilai-nilai secara personal.
  • Komunikasi: Peserta didik mampu menyampaikan pemahaman dan argumentasi mereka tentang materi dengan jelas dan percaya diri
....

Format Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) yang lebih lengkap dapat teman- teman baca melalui dokumen berikut ini. Oya, dokumen MA PAI-BP juga sudah lengkap untuk jenjang SMA Kelas 10, 11 dan 12. 

Semoga Bermanfaat

Salam.
 
 
Modul Ajar (MA) Deep Learning Seni Musik SMA Kelas 10, 11, dan 12, Berikut Tautan Unduhnya

Modul Ajar (MA) Deep Learning Seni Musik SMA Kelas 10, 11, dan 12, Berikut Tautan Unduhnya

Dalam mata pelajaran seni musik, pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dapat menjadi sebuah pandangan baru dalam bermusik mengingat bahwa musik tidak hanya sekedar terkait dengan keterampilan teknik, namun juga sebagai sarana bagi siswa untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi, dan membentuk karakter. 

Seni Musik

Melalui pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) para siswa akan mampu mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang konsep seperti teori musik, harmoni, ritme dan notasi serta mereka memiliki rasa kreativitas melalui penciptaan musik. Disamping itu kemampuan dalam apresiasi pun akan terasah khususnya dalam mengenali berbagai genre musik. 

Pembelajaran mendalam dalam mapel seni musik juga akan menumbuhkan kolaborasi dan empati dalam bermusik khususnya pada saat bermain musik ensambel serta mengaitkannya dengan budaya, teknologi dan konteks kehidupan sehari- hari. 

Penerapan deep learning dalam pelajaran seni musik dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual, project based learning (PjBL), problem based learning (PBL) inkuiri maupun dengan kolaborasi dan diskusi. 

Nah, buat teman- teman guru yang mengampu mapel seni musik di SMA, dapat membuat MOdul Ajar (MA) sebagai rancangan pembelajaran berbasis deep learning di kelas. Sebagai gambaran susunan modul ajar (MA) deep learning seni musik SMA, teman- teman dapat melihat contoh Modul Ajar (MA) berikut ini, 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : SENI MUSIK
BAB 1 :  EKSPLORASI BUNYI DALAM MUSIK


A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun
Mata Pelajaran : Seni Musik
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit (2 Pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Pengetahuan Awal: Sebagian besar peserta didik kemungkinan sudah familiar dengan berbagai jenis musik dan mungkin pernah mendengar atau memainkan alat musik sederhana. Namun, pemahaman mendalam tentang klasifikasi alat musik berdasarkan sumber bunyi dan unsur-unsur musik mungkin masih terbatas. Beberapa mungkin sudah memiliki pengalaman bermain alat musik formal atau non-formal.
Minat: Peserta didik memiliki minat yang beragam terhadap musik, mulai dari penikmat pasif hingga yang aktif terlibat dalam kegiatan bermusik (misalnya, band sekolah, paduan suara, atau kursus musik). Penting untuk mengidentifikasi minat spesifik mereka untuk memotivasi pembelajaran.
Latar Belakang: Peserta didik berasal dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi, yang dapat memengaruhi akses mereka terhadap alat musik atau pengalaman bermusik. Beberapa mungkin berasal dari keluarga dengan tradisi musik yang kuat, sementara yang lain mungkin belum banyak terpapar.
Kebutuhan Belajar:
Visual: Membutuhkan media visual seperti gambar, video, atau demonstrasi langsung.
Auditori: Membutuhkan kesempatan untuk mendengar berbagai jenis bunyi, musik, dan penjelasan verbal.
Kinestetik: Membutuhkan kesempatan untuk bereksplorasi, mencoba memainkan alat musik, atau membuat bunyi secara langsung.
Beberapa mungkin membutuhkan dukungan tambahan dalam memahami konsep abstrak, sementara yang lain mungkin membutuhkan tantangan lebih untuk eksplorasi mandiri.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Jenis Pengetahuan yang akan Dicapai:
Faktual: Mengenal berbagai jenis alat musik berdasarkan sumber bunyi (aerophone, idiophone, chordophone, membranophone, electrophone).
Konseptual: Memahami konsep unsur-unsur musik (melodi, ritme, harmoni, tempo, dinamika, timbre).
Prosedural: Mengidentifikasi dan menghasilkan bunyi dari berbagai sumber, serta mengkolaborasikan bunyi-bunyi tersebut.
Metakognitif: Merefleksikan pengalaman eksplorasi bunyi dan musik.
Relevansi dengan Kehidupan Nyata Peserta Didik: Musik adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari peserta didik (lagu favorit, musik di media sosial, acara hiburan). Materi ini membantu mereka memahami lebih dalam tentang bagaimana bunyi-bunyi di sekitar mereka dapat diolah menjadi musik, serta mengapresiasi keragaman budaya musik.
Tingkat Kesulitan: Materi ini memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi. Pengenalan jenis-jenis alat musik mungkin mudah dipahami, tetapi mengidentifikasi unsur-unsur musik dalam sebuah komposisi atau mengkolaborasikan bunyi memerlukan pemahaman dan latihan yang lebih mendalam.
Struktur Materi: Materi diawali dengan pengenalan sumber bunyi dan klasifikasi alat musik, dilanjutkan dengan eksplorasi unsur-unsur musik, dan diakhiri dengan kolaborasi untuk menghasilkan karya musik sederhana.
Integrasi Nilai dan Karakter:
Kreativitas: Mendorong peserta didik untuk bereksperimen dengan bunyi dan menciptakan ide-ide musik baru.
Kolaborasi: Mengembangkan kemampuan bekerja sama dalam kelompok untuk menghasilkan karya musik.
Mandiri: Mendorong peserta didik untuk bereksplorasi secara mandiri dan menemukan solusi.
Apresiasi Budaya: Mengenalkan kekayaan musik tradisional dan modern.
Ketekunan: Mengembangkan kesabaran dan ketekunan dalam belajar dan berlatih.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
Berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi, dimensi lulusan pembelajaran yang akan dicapai adalah:
Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis dan mengidentifikasi berbagai sumber bunyi dan unsur-unsur musik.
Kreativitas: Peserta didik mampu mengeksplorasi, menciptakan, dan mengkolaborasikan bunyi-bunyi menjadi karya musik.
Kolaborasi: Peserta didik mampu bekerja sama secara efektif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kemandirian: Peserta didik mampu bereksplorasi dan belajar secara mandiri, serta bertanggung jawab atas proses pembelajarannya.
Komunikasi: Peserta didik mampu mengkomunikasikan ide-ide musikal dan hasil karyanya kepada orang lain.

Selengkapnya untuk modul di atas, dapat teman- teman lihat melalui lampiran Modul Ajar (MA) deep learning Seni Musik berikut. Oya, pada dokumen, teman- teman dapat melihat juga contoh MA deep learning Seni Musik untuk kelas 10, 11 dan 12. Silahkan unduh melalui dokumen berikut ini, 


Semoga Bermanfaat yaa...

Salam. 
Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Kimia SMA Tahun 2026, Berikut Link Unduhnya

Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Kimia SMA Tahun 2026, Berikut Link Unduhnya

 Pendekatan pembelajaran mendalam atau yang dikenal juga sebagai deep learning merupakan suatu pendekatan belajar dalam kurikulum merdeka yang menekankan pemahaman konseptual terhadap ilmu yang diajarkan serta mengaitkan antar pengetahuan dan dalam konteks yang nyata. Pendekatan ini juga mengasah kemampuan murid untuk berpikir kritis yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang cenderung menghafal konsep. 

Perangkat Ajar Deep Learning Kimia SMA


Pada mata pelajaran kimia di SMA, pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dapat diterapkan dengan cara- cara yang menarik dan menyenangkan. Dalam materi reaksi oksidasi- reduksi, misalnya, siswa dapat melakukan dua aspek yaitu mengaitkan teori dan praktik dengan meneliti fenomena karat pada besi. Selanjutnya, siswa diajak untuk mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah seperti analisis, evaluasi dan sintesa. 

Pemecahan masalah terkait topik dapat dilakukan dengan kolaborasi antarsiswa dan mengambil sumber pengetahuan melalui literasi digital. Hal ini tentu saja membuat sisa dapat mengambil manfaat dari ilmu kimia secara nyata. 

Strategi penerapan deep learning dalam pembelajaran kimia 
Ada beberapa strategi dalam penerapan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dalam mapel kimia, diantaranya :
a. Pendekatan kontekstual, yaitu mengaitkan konsep kimia dengan fenomena sehari- hari, misalnya, analisis PH produk rumah tangga melalui konsep asam - basa serta pembahasan plastik dan dampaknya terhadap lingkungan dengan konsep polimer. 

b. Problem Based- Learning (PBL), yaitu pemecahan masalah dengan memberikan permasalahan yang harus diselesaikan, misalnya, alasan pemakaian deterjen ramah lingkungan dibanding deterjen biasa. Melalui pendekatan ini, siswa dapat melakukan penelitian kecil, berdiskusi dan menyajikan hasil berupa solusi. 

c. Inkuiri dan eksperimen laboratorium, dimana siswa dapat merancang dan melaksanakan percobaan di dalam laboratorium. 

d. Project based Learning (PjBL), yaitu siswa dapat membuat proyek yang berkaitan dengan beberapa konsep kimia, misalnya membuat bioplastik dari singkong atau jagung maupun tanaman lain sebagai langkah untuk mengurangi limbah plastik. 

Sebagai tambahan untuk memudahkan dalam mengajar, teman- teman guru Kimia juga dapat memanfaatkan teknologi digital yang tersedia di internet. 

Langkah awal untuk merancang pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) Kimia di kelas, teman- teman dapat menyusun MOdul Ajar (MA) pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang memuat langkah- langkah disertai dengan dimensi profil lulusan dari deep learning. Teman- teman dapat membaca contoh dokumen Modul Ajar (MA) Kimia berikut sebagai tambahan referensi dalam menyusun Modul Ajar. 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPA (KIMIA)
BAB 1 :  REAKSI KIMIA


A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah :
Nama Penyusun :
Mata Pelajaran : IPA (Kimia)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (4 x 2 JP @45 menit)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Pengetahuan Awal: Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman dasar tentang konsep atom, molekul, ikatan kimia, serta hukum kekekalan massa dari jenjang pendidikan sebelumnya (SMP) atau materi sebelumnya di kelas X. Beberapa mungkin sudah familiar dengan contoh reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, pembakaran, karat).
Minat: Sebagian peserta didik mungkin tertarik pada "percobaan" atau "fenomena" kimia yang terlihat langsung (misalnya, perubahan warna, pembentukan gas, ledakan kecil). Beberapa mungkin belum melihat relevansi kimia dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan "Joyful Learning" melalui demonstrasi menarik dan "Meaningful Learning" dengan mengaitkan pada fenomena nyata akan sangat membantu.
Latar Belakang: Peserta didik memiliki latar belakang yang beragam dalam hal pengalaman praktikum atau paparan terhadap konsep kimia. Penting untuk menyediakan dukungan yang berbeda bagi mereka yang mungkin kesulitan dengan konsep abstrak atau perhitungan stoikiometri.
Kebutuhan Belajar:
Visual: Membutuhkan animasi molekuler, diagram reaksi, video demonstrasi percobaan, atau infografis untuk memahami perubahan tingkat partikel.
Auditori: Membutuhkan penjelasan verbal yang jelas, diskusi kelompok, atau sesi tanya jawab untuk memperkuat pemahaman konsep.
Kinestetik: Membutuhkan kegiatan langsung seperti praktikum sederhana, simulasi interaktif, atau membangun model molekul.
Beberapa peserta didik mungkin memerlukan bimbingan ekstra dalam menyeimbangkan persamaan reaksi atau melakukan perhitungan stoikiometri, sementara yang lain membutuhkan tantangan lebih lanjut untuk merancang percobaan sendiri.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Jenis Pengetahuan: Materi ini mencakup pengetahuan konseptual (definisi reaksi kimia, jenis-jenis reaksi, hukum dasar kimia, stoikiometri), pengetahuan prosedural (menulis dan menyetarakan persamaan reaksi, melakukan perhitungan mol, merancang percobaan), dan pengetahuan metakognitif (merefleksikan pentingnya reaksi kimia dalam kehidupan dan industri).
Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Materi ini sangat relevan karena reaksi kimia terjadi di mana-mana: dalam tubuh kita (metabolisme), di dapur (memasak, pembusukan makanan), di alam (fotosintesis, pembakaran), dan di industri (produksi bahan bakar, obat-obatan, pupuk). Pemahaman ini membantu siswa memahami fenomena di sekitar mereka dan dasar-dasar teknologi.
Tingkat Kesulitan: Moderat hingga tinggi. Konsep dasar reaksi kimia mungkin mudah dipahami, tetapi menyeimbangkan persamaan reaksi yang kompleks dan terutama perhitungan stoikiometri membutuhkan pemahaman matematis yang kuat dan pemikiran logis.
Struktur Materi: Materi akan dibagi menjadi beberapa bagian: (1) Konsep dasar reaksi kimia dan ciri-cirinya, (2) Jenis-jenis reaksi kimia, (3) Persamaan reaksi dan penyetaraan, (4) Stoikiometri dasar (konsep mol, hukum-hukum dasar kimia, perhitungan), (5) Reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Integrasi Nilai dan Karakter:
Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan: Menyadari keteraturan dan kompleksitas reaksi kimia di alam sebagai ciptaan Tuhan.
Kecermatan dan Ketelitian: Penting dalam praktikum dan perhitungan kimia.
Rasa Ingin Tahu: Mendorong eksplorasi fenomena kimia.
Tanggung Jawab: Dalam penggunaan bahan kimia dan pembuangan limbah.
Berpikir Kritis: Menganalisis hasil percobaan dan menyelesaikan masalah stoikiometri.
Inovatif: Mendorong ide-ide baru dalam pemanfaatan reaksi kimia.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
Dalam pembelajaran ini, dimensi Profil Pelajar Pancasila yang akan dicapai adalah:
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME dan Berakhlak Mulia: Melalui pemahaman tentang keteraturan reaksi kimia di alam, siswa diharapkan menumbuhkan rasa syukur dan kesadaran akan pentingnya menjaga alam.
2. Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis ciri-ciri reaksi kimia, menyeimbangkan persamaan reaksi, dan menyelesaikan masalah stoikiometri dengan langkah-langkah yang logis.
3. Kreativitas: Peserta didik mampu merancang model visual reaksi kimia atau menyajikan hasil percobaan dengan cara yang inovatif.
4. Kemandirian: Peserta didik memiliki inisiatif dalam mencari informasi tentang reaksi kimia dan menyelesaikan tugas secara mandiri.
5. Komunikasi: Peserta didik mampu menyampaikan hasil percobaan, penyeimbangan persamaan, dan perhitungan secara lisan maupun tertulis dengan jelas dan akurat.

....

Lanjutan dari contoh Modul Ajar (MA) Pendekatan Pembelajaran Mendalam (deep learning) mapel Kimia SMA untuk kelas 10, 11 dan 12 dapat teman- teman buka melalui dokumen berikut ini, 



Semoga Bermanfaat 

Salam. 

Contoh Penyusunan Modul Ajar (MA) Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) IPA Fisika SMA Terbaru, Berikut Link Downloadnya

Contoh Penyusunan Modul Ajar (MA) Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) IPA Fisika SMA Terbaru, Berikut Link Downloadnya

Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) oleh pemerintah mulai digulirkan pada tahun ajaran baru ini. Pendekatan pembelajaran mendalam ini ditambahkan dengan beberapa aspek profil lulusan. 

Modul Ajar (MA) Fisika SMA


Penerapan pendelatan pembelajaran mendalam (deep learning) dapat diaplikasikan pada semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran fisika. Seperti kita ketahui, pelajaran fisika selalu dikaitkan dengan rumus yang lumayan kompleks. Melalui pendekatan pembelajaran mendalam ini, siswa tidak hanya sekedar menghafal rumus, namun diajak untuk memahami konsep dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari- hari sekaligus merefleksikan proses belajarnya.

Dengan prinsip meaningful learning, yang membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, konsep fisika memiliki korelasi dengan fenomena sehari- hari. Siswa juga diajak untuk belajar dengan prinsip pembelajaran berkesadaran (mindful learning) dimana mereka dapat menyadari proses berpikirnya. Tentunya, kedua prinsip tersebut disempurnakan dengan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) melalui eksperimen, simulasi secara interaktif, dan permainan- permainan dalam pembelajaran. 

Sebagai contoh, dalam konsep Fisika SMA dengan topik Hukum Newton, siswa dapat disimulasikan sensor gerak yang memungkinkan adanya tarik- menarik benda. Dalam hal ini, dapat diterapkan aspek kolaborasi, berpikir kritis dan pemahaman konsep. 

Dalam hal ini, penyusunan MOdul ajar bagi guru Fisika dapat menjadi langkah awal dalam merancang pembelajaran selama di kelas. Salah satu aspeknya, adalah memasukkan dimensi profil lulusan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 

Berikut ini contoh buat teman- teman Modul Ajar (MA) mapel Fisika SMA yang dapat teman- teman cermati. 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPA (FISIKA)
BAB 1 :  SISTEM PENGUKURAN DALAM KERJA ILMIAH

A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (4 x 45 menit)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Peserta didik pada umumnya telah memiliki pengetahuan dasar mengenai besaran dan satuan dari jenjang SMP, seperti panjang, massa, dan waktu, serta satuan standar yang umum digunakan (meter, kilogram, detik). Keterampilan yang dimiliki meliputi kemampuan dasar dalam mengukur menggunakan alat sederhana (penggaris, timbangan sederhana). Pemahaman awal yang sudah dimiliki adalah konsep bahwa pengukuran sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bidang sains. Namun, pemahaman tentang ketidakpastian pengukuran, angka penting, dan dimensi besaran mungkin masih terbatas atau belum mendalam. Beberapa peserta didik mungkin juga sudah terbiasa menggunakan media digital untuk mencari informasi.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Materi "Sistem Pengukuran dalam Kerja Ilmiah" mencakup jenis pengetahuan konseptual (besaran, satuan, dimensi, ketidakpastian) dan prosedural (teknik pengukuran, penulisan angka penting, analisis dimensi). Relevansi materi ini sangat tinggi dengan kehidupan nyata peserta didik, terutama dalam kegiatan sehari-hari yang melibatkan pengukuran (misalnya, menimbang bahan makanan, mengukur jarak, mengukur waktu) dan juga relevan dengan profesi di bidang sains dan teknik. Tingkat kesulitan materi ini bersifat moderat, dengan beberapa konsep abstrak seperti dimensi besaran yang mungkin memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. Struktur materi tersusun secara hierarkis, dimulai dari konsep dasar besaran dan satuan, kemudian berkembang ke alat ukur, ketidakpastian, angka penting, dan diakhiri dengan dimensi besaran. Integrasi nilai dan karakter akan ditekankan pada ketelitian, kejujuran dalam pengukuran, rasa ingin tahu, kritis dalam menganalisis data, dan kolaborasi dalam kegiatan kelompok.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
Berdasarkan tujuan pembelajaran, dimensi profil lulusan yang akan dicapai adalah:
  1. Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis hasil pengukuran, mengidentifikasi ketidakpastian, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang akurat.
  2. Kreativitas: Peserta didik mampu merancang prosedur pengukuran sederhana dan menemukan solusi kreatif untuk mengatasi tantangan dalam pengukuran.
  3. Kolaborasi: Peserta didik dapat bekerja sama dalam kelompok untuk melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan mempresentasikan hasil.
  4. Kemandirian: Peserta didik mampu melakukan pengukuran secara mandiri dan bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh.
  5. Komunikasi: Peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pengukuran dan analisisnya secara jelas dan sistematis, baik secara lisan maupun tulisan.

....

Lebih lengkap untuk Modul Ajar (MA) IPA Fisika di atas, dapat teman- teman buka melalui dokumen berikut ini, 


Demikian contoh Modul Ajar (MA) IPA Fisika SMA yang dapat teman- teman gunakan sebagai tambahan referensi dalam penyusunan Modul Ajar berbasis Deep Learning. Oya, perangkat ajar lengkap mapel- mapel lainnya dapat teman- teman dapatkan pada menu Perangkat Ajar. 

Semoga Bermanfaat

Salam. 
Modul Ajar (MA) Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Biologi SMA, Contoh dapat Dilihat dan Diunduh Disini!

Modul Ajar (MA) Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Biologi SMA, Contoh dapat Dilihat dan Diunduh Disini!

Pembelajaran mendalam (deep learning) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep secara komprehensif, kemampuan berpikir kritis, analisis, dan penerapan ilmu dalam kehidupan nyata. Dalam Biologi, deep learning membantu siswa tidak sekadar menghafal istilah dan konsep, tetapi mengaitkan pengetahuan biologi dengan fenomena alam, lingkungan, kesehatan, dan teknologi.

Biologi

Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) pada mapel biologi SMA dipandang penting karena melalui pendekatan ini, siswa dapat mengaitkan teori dengan kehidupan nyata, mengembangkan keterampilan ilmiah, mengasah critical thinking, dan mendorong inovasi teknologi. 

Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) biologi SMA diantaranya :
  • Inquiry Based Learning → siswa diajak merumuskan pertanyaan, melakukan eksperimen, lalu menemukan jawaban.
  • Problem Based Learning (PBL) → belajar melalui studi kasus, misalnya pencemaran lingkungan.
  • Project Based Learning (PjBL) → membuat proyek nyata, misalnya budidaya tanaman hidroponik.
  • Contextual Learning → menghubungkan konsep biologi dengan fenomena sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, teman- teman guru yang mengampu mapel biologi perlu menyusun modul ajar yang sesuai dengan penerapan pembelajaran mendalam. Sebagai contoh, saya tampilkan Modul Ajar (MA) Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Biologi SMA kelas 10 bab I yang memuat beberapa aspek termasuk profil lulusan. 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPA (BIOLOGI)
BAB 1 :  PENGANTAR BIOLOGI

A. IDENTITAS MODUL
  • Nama Sekolah
  • Nama Penyusun
  • Mata Pelajaran : IPA (Biologi)
  • Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
  • Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (2 x 45 menit per pertemuan)
  • Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
  • Pengetahuan Awal: Peserta didik umumnya memiliki pemahaman dasar tentang makhluk hidup, ciri-cirinya, dan beberapa konsep sederhana seperti fotosintesis, rantai makanan, atau bagian tubuh manusia/hewan dari pelajaran IPA di SMP. Mereka mungkin sudah mengenal beberapa cabang ilmu biologi secara umum (misalnya, botani, zoologi).
  • Minat: Minat peserta didik bisa bervariasi. Beberapa mungkin sangat tertarik pada alam, hewan peliharaan, tumbuhan, atau bahkan tubuh manusia. Ada juga yang lebih menyukai eksperimen, observasi, atau belajar melalui visualisasi (video, gambar 3D). Beberapa mungkin merasa biologi hanya hafalan istilah dan kurang menarik.
  • Latar Belakang: Peserta didik memiliki latar belakang yang beragam, mempengaruhi pengalaman mereka dengan makhluk hidup. Peserta didik yang tinggal di daerah pedesaan mungkin lebih akrab dengan keanekaragaman hayati lokal, sementara yang di perkotaan mungkin lebih akrab dengan teknologi atau isu kesehatan.

Kebutuhan Belajar:
  • Visual: Membutuhkan ilustrasi sel, diagram organisasi kehidupan, video mikroskopis, atau virtual tour ekosistem.
  • Auditori: Membutuhkan penjelasan yang detail, diskusi tentang isu-isu biologi, atau podcast sains.
  • Kinestetik: Membutuhkan praktikum sederhana (misalnya, mengamati preparat), field trip mini di lingkungan sekolah, atau membuat model.
  • Diferensiasi: Beberapa peserta didik mungkin memerlukan bantuan lebih dalam memahami terminologi ilmiah yang kompleks, sementara yang lain membutuhkan proyek yang lebih menantang untuk mengeksplorasi isu biologi kontemporer.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
  • Jenis Pengetahuan: Materi ini mencakup pengetahuan konseptual (pengertian biologi, objek kajian, tingkatan organisasi kehidupan, cabang-cabang biologi, metode ilmiah), pengetahuan faktual (contoh fenomena biologis, nama-nama cabang biologi), dan pengetahuan prosedural (langkah-langkah metode ilmiah, cara melakukan observasi sederhana).
  • Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Materi Pengantar Biologi sangat relevan karena biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan segala aspeknya, mulai dari tingkat molekuler hingga ekosistem global. Pemahaman biologi penting untuk kesehatan pribadi, pengelolaan lingkungan, inovasi teknologi (bioteknologi), pemahaman tentang pangan, dan apresiasi terhadap keanekaragaman hayati.
  • Tingkat Kesulitan: Tingkat kesulitan materi cenderung mudah hingga moderat. Konsep dasar cukup mudah diterima, namun mengenali tingkatan organisasi kehidupan secara berurutan dan memahami langkah-langkah metode ilmiah memerlukan pemikiran yang terstruktur dan latihan.
  • Struktur Materi: Materi tersusun secara hierarkis, dimulai dari pengertian Biologi, kemudian objek kajian, tingkatan organisasi kehidupan, dilanjutkan dengan cabang-cabang Biologi dan diakhiri dengan metode ilmiah. Ini memberikan fondasi yang komprehensif untuk pembelajaran Biologi selanjutnya.

Integrasi Nilai dan Karakter:
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Menyadari kebesaran Tuhan melalui kompleksitas dan keteraturan makhluk hidup dan alam semesta.
  • Bernalar Kritis: Menganalisis fenomena biologis secara logis, menyusun hipotesis, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti.
  • Kreatif: Mengembangkan ide-ide untuk pemecahan masalah biologis atau menyajikan data dengan cara inovatif.
  • Gotong Royong/Kolaborasi: Bekerja sama dalam praktikum atau proyek penelitian.
  • Kemandirian: Bertanggung jawab dalam proses penyelidikan ilmiah.
  • Komunikasi: Mengemukakan hasil observasi atau eksperimen dengan jelas.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
  • Berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi, dimensi profil lulusan yang akan dicapai adalah:
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Peserta didik mampu mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan pada tingkat seluler sebagai dasar kehidupan.
  • Penalaran Kritis: Peserta didik mampu menganalisis hubungan antara struktur dan fungsi organel sel, serta memecahkan masalah sederhana terkait gangguan pada sel.
  • Kolaborasi: Peserta didik mampu bekerja sama dalam kelompok untuk melakukan pengamatan, diskusi, dan menyusun proyek.
  • Kemandirian: Peserta didik mampu mencari informasi dan memahami konsep sel secara mandiri, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Lebih lengkap modul ajar mapel Biologi kelas 10 SMA bab pertama di atas, dapat teman- teman lihat pada paket modul ajar pembelajaran mendalam (deep learning) Biologi SMA berikut ini. 

pada paket tersebut juga sudah dilampirkan juga modul ajar lengkap deep learning Biologi SMA kelas 10, 11 dan 12 semua bab. Silahkan unduh dokumennya di bawah,

Semoga Bermanfaat 

Salam. 
Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Sosiologi SMA, Berikut Link Unduhnya

Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Sosiologi SMA, Berikut Link Unduhnya

Pendekatan pembelajaran mendalam merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum merdeka yang menekankan pada pemahaman konsep secara bermakna, analitis, kritis dan aplikatif. Murid dalam hal ini tidak hanya sekedar menghapal, namun dapat mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman nyata, mengenalisis fenomena sosial secara kritis, membuat keputusan berbasis pertimbangan data, dan kemudian menghasilkan karya atau solusi permasalahan untuk masalah- masalah di kehidupannya sehari- hari. 

Ragam Permasalahan Sosial Terkait Pengelompokan Sosial

Pada mapel sosiologi SMA, pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dapat membantu murid dalam memahami realitas sosial di masyarakat dan mampu menerapkan solusi atas permasalahan sosial yang ada. 

Pendekatan deep learning dipandang penting dalam pembelajaran sosiologi di SMA, pasalnya, melalui deep learning, pendekatan pembelajaran dapat meningkatkan kesadaran sosial dalam memahami isu sosial seperti ketimpangan sosial, konflik, dan perubahan sosial. Selain itu, pendekatan ini juga dapat mengasah keterampilan abad ke-21, mendorong empati dan kepedulian sosial serta membentuk sikap untuk mencari solusi atas permasalahan sosial di sekitarnya. 

Strategi penerapan pembelajaran mendalam (deep elarning) dalam mapel sosiologi dapat diterapkan melalui beberapa metode, diantaranya : 
  1. Problem Based Learning (PBL), siswa belajar melalui studi kasus permasalahan sosial.
  2. Project Based Learning (PjBL), siswa membuat proyek sosial, misalnya kampanye kesadaran anti-bullying.
  3. Collaborative Learning, diskusi kelompok mengenai fenomena sosial aktual.
  4. Inquiry Learning, siswa mengumpulkan data dari lingkungan, mewawancarai masyarakat, lalu menganalisisnya dengan teori sosiologi.

Nah, buat teman- teman yang ingin menerapkan pembelajaran mendalam dalam mapel sosiologi, dapat menyusun modul ajar terlebih dahulu dengan mengaplikasikan CP dan ATP dalam rancangan yang dibuat. 

Sebagai contoh, berikut ini, saya berikan rancangan modul ajar sosiologi untuk kelas 10 SMA, Bab pertama, pengantar sosiologi sejarah kelahiran dan perkembangan sosiologi. 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPS (SOSIOLOGI)
BAB 1 PENGANTAR SOSIOLOGI SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN SOSIOLOGI.

A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun : 
Mata Pelajaran : IPS (Sosiologi)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu  : 4 Pertemuan (4 x 45 menit per pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2025/ 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
  • Pengetahuan Awal: Peserta didik umumnya memiliki pemahaman umum tentang interaksi sosial dan fenomena sosial sederhana dari pengalaman sehari-hari mereka (misalnya, perbedaan perilaku di rumah dan di sekolah, pengaruh teman sebaya, masalah kenakalan remaja). Namun, mereka mungkin belum mengenal Sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu atau tokoh-tokoh pentingnya.
  • Minat: Minat peserta didik bervariasi. Beberapa mungkin tertarik pada isu-isu sosial aktual (misalnya, media sosial, bullying, kesenjangan sosial, dinamika kelompok), sementara yang lain lebih tertarik pada fenomena budaya. Ada juga yang lebih menyukai diskusi, debat, atau analisis kasus.
  • Latar Belakang: Peserta didik berasal dari latar belakang sosial dan budaya yang beragam, yang akan memengaruhi cara mereka memahami fenomena sosial. Pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan kelompok yang berbeda dapat menjadi modal awal.

Kebutuhan Belajar:
  • Visual: Membutuhkan media pembelajaran berupa infografis, video dokumenter singkat tentang perubahan sosial, visualisasi konsep-konsep sosiologi.
  • Auditori: Membutuhkan penjelasan yang jelas, diskusi kelompok, pemutaran rekaman wawancara (jika ada).
  • Kinestetik: Membutuhkan kegiatan simulasi interaksi sosial, role-playing, atau proyek observasi sederhana.
  • Diferensiasi: Beberapa peserta didik mungkin membutuhkan bimbingan lebih intensif dalam memahami pemikiran tokoh sosiologi klasik yang abstrak, sementara yang lain membutuhkan tantangan untuk menghubungkan teori dengan masalah sosial kompleks.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
  • Jenis Pengetahuan: Materi ini mencakup pengetahuan konseptual (pengertian sosiologi, objek kajian, ciri, fungsi, peran sosiolog, akar sejarah sosiologi), pengetahuan faktual (peristiwa Revolusi Industri dan Revolusi Prancis sebagai pemicu kelahiran sosiologi, nama tokoh-tokoh penting dan pemikirannya), dan pengetahuan prosedural (cara berpikir sosiologis, mengidentifikasi gejala sosial).
  • Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Materi ini sangat relevan karena sosiologi membantu peserta didik memahami diri mereka sebagai bagian dari masyarakat, menganalisis berbagai fenomena sosial di sekitar mereka (mulai dari keluarga, sekolah, hingga isu global), serta mengembangkan empati dan toleransi terhadap perbedaan sosial. Memahami sejarah sosiologi juga membantu mereka menghargai mengapa ilmu ini penting untuk menganalisis masyarakat.
  • Tingkat Kesulitan: Tingkat kesulitan materi cukup moderat. Konsep dasar cenderung mudah dipahami jika dikaitkan dengan contoh konkret. Namun, pemahaman tentang latar belakang sejarah kelahiran sosiologi (Revolusi Industri dan Revolusi Prancis) serta pemikiran tokoh-tokoh klasik memerlukan analisis historis dan filosofis yang lebih dalam.
  • Struktur Materi: Materi tersusun secara kronologis dan logis, dimulai dari pengertian dan karakteristik dasar sosiologi, kemudian menelusuri latar belakang historis kelahirannya, mengenalkan tokoh-tokoh perintis dan pemikirannya, serta diakhiri dengan peran dan fungsi sosiologi dalam kehidupan.

Integrasi Nilai dan Karakter:
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Menyadari kompleksitas ciptaan Tuhan dalam bentuk masyarakat dan pentingnya berinteraksi secara harmonis.
  • Bernalar Kritis: Menganalisis fenomena sosial secara objektif, tidak mudah percaya pada pandangan umum tanpa bukti, dan membuat kesimpulan yang rasional.
  • Kreatif: Mengembangkan ide-ide solusi untuk masalah sosial atau menyajikan analisis sosial dalam bentuk yang menarik.
  • Gotong Royong/Kolaborasi: Bekerja sama dalam kelompok untuk menelaah isu sosial atau merumuskan gagasan.
  • Kemandirian: Bertanggung jawab atas pemahaman mereka tentang masyarakat dan mampu berpikir mandiri.
  • Kewargaan: Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta berkontribusi positif dalam masyarakat.
  • Komunikasi: Mengemukakan pandangan dan hasil analisis sosial dengan jelas dan santun.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
  • Berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi, dimensi lulusan pembelajaran yang akan dicapai adalah:
  • Kewargaan: Peserta didik memiliki kesadaran akan peran dan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat serta mampu memahami berbagai dinamika sosial.
  • Penalaran Kritis: Peserta didik mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi gejala-gejala sosial di sekitarnya dengan menggunakan perspektif sosiologi.
  • Kolaborasi: Peserta didik mampu bekerja sama dalam kelompok untuk mengamati, menganalisis, dan mempresentasikan fenomena sosial.
  • Komunikasi: Peserta didik mampu menyampaikan ide dan hasil analisis tentang fenomena sosial secara jelas dan efektif, baik lisan maupun tulisan.
  • Kemandirian: Peserta didik mampu mencari informasi mandiri tentang isu-isu sosial dan mengembangkan pemahaman pribadi tentang sosiologi.

....

Lebih lengkap modul ajar untuk bab di atas, dapat teman- teman lihat pada paket modul ajar pembelajaran mendalam (deep learning) Sosiologi SMA berikut ini. Oya, pada paket tersebut juga terdapat modul ajar lengkap deep learning Sosiologi SMA kelas 10, 11 dan 12 semua bab. Silahkan unduh dokumennya di bawah, 


Semoga Bermanfaat 

Salam. 
Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Sejarah SMA, Berikut Link Unduhnya

Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Sejarah SMA, Berikut Link Unduhnya

Penerapan pembelajaran mendalam (deep learning) di mata pelajaran sejarah SMA, dapat menjadi sebuah cara yang baru dalam memahami peristiwa di masa lalu dan mengaitkannya dengan kehidupan di masa sekarang. Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) pada kurikulum merdeka ini akan mendorong siswa agar berpikir secara kritis dan sesuai dengan konteks yang terjadi saat ini. 

Perangkat Pembelajaran Sejarah SMA/ MA

Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) khususnya di mata pelajaran sejarah memiliki beberapa prinsip, salah satu diantaranya berpusat pada pemaknaan, dimana siswa diajak bersama- sama dalam memahami latar belakang, dampak dan keterkaitan peristiwa sejarah di masa lalu dengan masa sekarang. Selain itu, siswa juga diajak untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) yang memuat unsur analisis, evaluasi dan sintesis dari berbagai pandangan. 

Teman- teman guru, salah satu komponen yang dapat dibuat pertama kali dalam menerapkan pendekatan deep learning di mapel sejarah adalah dengan merancang modul ajar yang sesuai. Dengan berbagai tema sejarah dalam topik bahasan, dapat dikembangkan aktivitas pembelajaran mendalam dengan kompetensi profil lulusan deep learning. 

Sebagai contoh, pada tema pergerakan nasional, siswa dapat membuat peta interaktif tokoh dan organisasi pergerakan kemudian menyebutkan strategi perjuangan yang digunakan pada setiap peristiwa. Adapun kompetensi yang dikembangkan adalah berpikir kritis, kolaborasi dan literasi digital. 

Studi kasus pun dapat dikembangkan sebagai strategi tambahan, misalnya mengadakan simulasi sidang BPUPKI untuk memahami dinamika perumusan dasar negara. Tentunya, hal tersebut dikuatkan dengan bahan- bahan analisis seperti surat, foto, arsip dan rekaman sejarah yang relevan. Tahapan akhir, siswa dapat menulis refleksi tentang bagaimana pandangan mereka tentang sejarah. 

Nah, sebagai contoh penyusunan modul ajar dengan setiap topik bahasan di mapel sejarah, berikut ini saya berikan contoh Modul Ajar sejarah SMA

Berikut contohnya, 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPS (ILMU SEJARAH)
BAB 1 PENGANTAR ILMU SEJARAH

A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun
Mata Pelajaran : IPS (Ilmu Sejarah)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (4 x 45 menit per pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2025 / 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
  • Pengetahuan Awal: Peserta didik umumnya memiliki pemahaman dasar tentang peristiwa sejarah yang relevan dengan diri mereka (misalnya, tanggal lahir, hari kemerdekaan) atau peristiwa besar yang mereka dengar dari media atau pelajaran sebelumnya (misalnya, kemerdekaan Indonesia, tokoh pahlawan). Namun, pemahaman tentang "apa itu sejarah" sebagai sebuah ilmu dan bagaimana cara mempelajarinya mungkin masih terbatas.
  • Minat: Minat peserta didik terhadap sejarah bervariasi. Beberapa mungkin tertarik pada cerita-cerita heroik, peristiwa-peristiwa penting, atau tokoh sejarah. Ada juga yang lebih menyukai pendekatan visual (film, dokumenter) atau interaktif (diskusi, studi kasus). Beberapa mungkin menganggap sejarah membosankan karena hanya hafalan tanggal dan nama.
  • Latar Belakang: Peserta didik berasal dari latar belakang yang beragam, mempengaruhi perspektif mereka terhadap sejarah. Beberapa mungkin memiliki kisah keluarga yang terkait dengan peristiwa sejarah, atau berasal dari daerah dengan warisan sejarah yang kuat.

Kebutuhan Belajar:
  • Visual: Membutuhkan media pembelajaran berupa gambar, video, infografis garis waktu.
  • Auditori: Membutuhkan penjelasan lisan yang jelas, diskusi kelompok, pemutaran rekaman suara sejarah (jika ada).
  • Kinestetik: Membutuhkan kegiatan simulasi, kunjungan virtual ke museum, atau membuat proyek mini (misalnya, garis waktu).
  • Diferensiasi: Ada peserta didik yang membutuhkan bimbingan lebih intensif dalam menganalisis sumber sejarah, sementara yang lain membutuhkan tantangan lebih untuk eksplorasi dan riset mandiri.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
  • Jenis Pengetahuan: Materi ini mencakup pengetahuan konseptual (pengertian sejarah, ruang lingkup, unsur, periodisasi, kausalitas, diakronik-sinkronik), pengetahuan faktual (contoh peristiwa sejarah), dan pengetahuan prosedural (cara berpikir sejarah, langkah-langkah penelitian sejarah sederhana).
  • Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Materi ini sangat relevan karena sejarah membantu peserta didik memahami identitas diri dan bangsanya, belajar dari masa lalu untuk masa kini dan masa depan, mengembangkan perspektif kritis terhadap informasi, serta menghargai keragaman budaya dan peradaban. Sejarah juga mengajarkan pentingnya bukti dan interpretasi.
  • Tingkat Kesulitan: Tingkat kesulitan materi cukup moderat. Konsep dasar cenderung mudah dipahami, tetapi penerapan cara berpikir sejarah (misalnya, kausalitas, diakronik-sinkronik) dalam analisis kasus memerlukan penalaran kritis dan latihan.
  • Struktur Materi: Materi tersusun secara hierarkis, dimulai dari pengertian dasar dan hakikat sejarah, kemudian unsur-unsur penting, konsep berpikir sejarah, dan diakhiri dengan periodisasi serta manfaat mempelajari sejarah. Ini memberikan fondasi yang kuat sebelum masuk ke topik sejarah yang lebih spesifik.

Integrasi Nilai dan Karakter:
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Menyadari bahwa setiap peristiwa adalah bagian dari kehendak Tuhan, serta mengambil hikmah dari pengalaman masa lalu.
  • Bernalar Kritis: Menganalisis sumber sejarah, membedakan fakta dan opini, serta menyusun argumen yang logis.
  • Kreatif: Menyajikan informasi sejarah dalam bentuk yang inovatif dan menarik.
  • Gotong Royong/Kolaborasi: Bekerja sama dalam kelompok untuk menelaah sumber atau menyusun narasi sejarah.
  • Kewargaan: Menghargai perjuangan para pahlawan dan berkontribusi dalam melestarikan warisan sejarah dan budaya bangsa.
  • Komunikasi: Mengemukakan pendapat dan hasil analisis sejarah dengan jelas.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
  • Penalaran Kritis: Peserta didik mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber sejarah, serta membedakan antara fakta, interpretasi, dan bias.
  • Kreativitas: Peserta didik mampu menyajikan hasil penelitian sejarah sederhana dalam format yang inovatif dan menarik (misalnya, infografis, video pendek, pameran mini).
  • Kemandirian: Peserta didik mampu merencanakan dan melaksanakan tahapan penelitian sejarah sederhana secara mandiri, serta mengambil inisiatif dalam mencari sumber informasi.
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME: Memahami bahwa sejarah adalah bagian dari ciptaan dan takdir Tuhan, serta menghargai perjuangan para pendahulu.

Contoh lengkap Modul Ajar (MA) dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk mapel Sejarah jenjang SMA/ MA kelas 10, 11 dan 12 dapat teman- teman cek melalui dokumen berikut, 


Jangan lupa bagikan ke teman- teman lainnya yaa...

Semoga Bermanfaat 
Salam.

Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Geografi  SMA, Berikut Link Unduhnya

Contoh Modul Ajar (MA) Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Geografi SMA, Berikut Link Unduhnya

Pembelajaran mendalam sebagai sebuah pendekatan pembelajaran di kurikulum merdeka dapat diterapkan pada semua mapel, termasuk pada mapel Geografi. Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) di mapel geografi SMA dapat dilakukan dengan menekankan pada pemahaman konsep, keterampilan berpikir kritis, dan menganalisis fenomena ruang dan lingkungan secara kontekstual. 

Geografi SMA

Sebagai contoh penerapannya, teman- teman dapat memberikan pertanyaan pemantik dalam pengajaran di kelas berkaitan dengan subjek yang di bahas kemudian baru menerapkan berbagai aspek yang dituju.

Langkah pertama bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran mendalam (deep learning) di mapel geografi adalah dengan menyusun modul ajar (MA). Melalui modul ajar, guru dapat mendorong pemahaman siswa secara konsep, keterampilan berpikir kritis dan menerapkan nilai- nilai profil pelajar Pancasila secara bersamaan/ 

Untuk menyusun Modul Ajar (MA) Geografi, kita dapat melakukan dengan memperhatikan langkah- langkah berikut ini, 

1. Menentukan Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian Pembelajaran (CP) dapat ditentukan dari dokumen Kurikulum Merdeka.

2. Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) 
Alur tujuan pembelajaran (ATP) disusun melalui tujuan pembelajaran yang mengarah ke Capaian Pembelajaran (CP). 

3. Merancang aktivitas pembelajaran mendalam 
Aktivitas pembelajaran mendalam dapat diperoleh melalui pendekatan seperti pendekatan berbasis proyek, studi kasus dan refleksi. Tentunya, hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi masing- masing. 

4. Menggunakan sumber belajar yang kontekstual 
Guru dapat menggunakan sumber data secara kontekstual dalam merancang modul ajar geografi berbasis pembelajaran mendalam. Data- data yang berasal dari BPS, citra satelit, artikel dan wawancara dapat dimanfaatkan untuk melengkapi sumber belajar. 

5. Merancang asesmen 
Asesmen dapat diberikan melalui proyek yang mencakup aspek pemahaman konseo, keterampilan berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi serta refleksi nilai dan sikap. 

Sebagai contoh untuk teman- teman guru, berikut ini contoh modul pembelajaran mendalam (deep learning) mapel geografi SMA yang dapat dicermati. 

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : IPS (GEOGRAFI)
BAB 1 - PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI



A. IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah
Nama Penyusun
Mata Pelajaran : IPS (Geografi)
Kelas / Fase /Semester : X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (4 x 45 menit per pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2025/ 2026


B. IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
  • Pengetahuan Awal: Peserta didik umumnya memiliki pemahaman dasar tentang lingkungan sekitar dan beberapa konsep geografis sederhana (misalnya, peta, arah mata angin) yang didapatkan dari jenjang SMP atau pengetahuan umum. Beberapa mungkin sudah terpapar berita atau informasi terkait isu-isu geografis global (perubahan iklim, bencana alam).
  • Minat: Minat peserta didik bervariasi. Beberapa mungkin tertarik pada isu lingkungan, perjalanan, atau teknologi geospasial. Ada juga yang lebih menyukai pendekatan visual dan interaktif.
  • Latar Belakang: Peserta didik berasal dari latar belakang yang beragam, baik sosial ekonomi maupun pengalaman belajar. Beberapa mungkin memiliki pengalaman langsung dengan fenomena geografis di lingkungan tempat tinggalnya, sementara yang lain mungkin lebih banyak belajar dari media.

Kebutuhan Belajar:
  • Visual: Membutuhkan media pembelajaran berupa gambar, video, peta, infografis.
  • Auditori: Membutuhkan penjelasan lisan yang jelas, diskusi kelompok, presentasi.
  • Kinestetik: Membutuhkan kegiatan praktik, simulasi, atau proyek berbasis lapangan (jika memungkinkan).
  • Diferensiasi: Ada peserta didik yang membutuhkan bimbingan lebih intensif, sementara yang lain membutuhkan tantangan lebih untuk eksplorasi mandiri.

C. KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Jenis Pengetahuan: Materi ini mencakup pengetahuan konseptual (pengertian geografi, objek studi, prinsip, aspek, pendekatan), pengetahuan faktual (contoh fenomena geografis), dan pengetahuan prosedural (cara berpikir geografis, penerapan konsep dalam analisis sederhana).
Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Materi ini sangat relevan karena geografi membantu peserta didik memahami lingkungan sekitar, interaksi manusia dengan alam, serta berbagai isu global seperti urbanisasi, bencana alam, sumber daya, dan perubahan iklim yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

Tingkat Kesulitan: Tingkat kesulitan materi bervariasi. Konsep dasar cenderung mudah dipahami, tetapi penerapan prinsip dan pendekatan geografi dalam analisis kasus nyata memerlukan penalaran kritis dan pemahaman yang lebih mendalam.
Struktur Materi: Materi tersusun secara hierarkis, dimulai dari pengertian dasar, ruang lingkup, kemudian objek, prinsip, aspek, dan pendekatan geografi. Ini memberikan fondasi yang kuat sebelum masuk ke topik geografi yang lebih spesifik.

Integrasi Nilai dan Karakter:
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia: Menyadari kebesaran Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan isinya, serta menjaga kelestarian lingkungan.
  • Bernalar Kritis: Menganalisis informasi geografis secara objektif dan membuat kesimpulan yang rasional.
  • Kreatif: Mengembangkan ide-ide baru dalam memecahkan masalah geografis atau menyajikan informasi.
  • Gotong Royong/Kolaborasi: Bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas.
  • Mandiri: Bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.
  • Berkebinekaan Global: Menghargai keragaman fenomena geografis dan budaya di berbagai belahan dunia.

D DIMENSI PROFIL LULUSAN
Berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi, dimensi profil lulusan yang akan dicapai adalah:
  • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME dan Berakhlak Mulia
  • Penalaran Kritis
  • Kreativitas
  • Kolaborasi
  • Kemandirian
  • Komunikasi

....

Contoh lengkap Modul Ajar (MA) dengan Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk mapel Geografi jenjang SMA/ MA kelas 10, 11 dan 12 dapat teman- teman cek melalui dokumen berikut, 


Jangan lupa bagikan ke teman- teman lainnya yaa...

Semoga Bermanfaat 
Salam.

Formulir Kontak